Türkİye, Dunia, Operasi Mata Air Perdamaian

Keluarga Kurdi tuntut PKK/YPG pulangkan anak-anak mereka

Kelompok teror PKK sejak lama dikritik oleh organisasi lokal maupun internasional karena merekrut anak-anak berusia 11-16 tahun sebagai tentara

Maria Elisa Hospita  | 15.10.2019 - Update : 15.10.2019
Keluarga Kurdi tuntut PKK/YPG pulangkan anak-anak mereka Warga sipil meninggalkan rumah dan ditempatkan sementara di zona aman, sedang wilayah mereka, Kota Tal Abyad tengah dibersihkan oleh Operasi Mata Air Perdamaian Turki dari teroris PKK dan YPG, pada 14 Oktober 2019. (Bekir Kasım - Anadolu Agency)

Diyarbakir

Rabia Iclal Turan

DIYARBAKIR, Turki 

Barisan keluarga Kurdi turun ke jalan-jalan di tenggara Provinsi Diyarbakir, Turki, untuk menuntut pemulangan anak-anak mereka, yang menurut mereka dipaksa bergabung dengan kelompok teroris PKK/YPG.

Pada 22 Agustus, Hacire Akar menggelar aksi protes dekat kantor Peoples' Democratic Party (HDP) di Diyarbakir.

Dia memohon agar putranya yang berusia 21 tahun dipulangkan.

Menurut Akar, putranya dibawa oleh PKK ke pegunungan setelah dicuci otak oleh anggota partai itu. Empat hari kemudian, putranya berhasil pulang.

Kemudian, pada 3 September, Fevziye Cetinkaya, menggelar aksi protes dengan alasan yang sama.

Tak lama, sejumlah keluarga yang bernasib sama turut berpartisipasi dalam aksi tersebut.

"Kami hanya ingin anak-anak kami kembali," ujar Suleyman Aydin, 39, seorang supir taksi di Diyarbakir, yang mengaku diberhentikan dari pekerjaannya karena mengikuti unjuk rasa itu.

Seperti keluarga yang lain, Aydin mencari putranya, Ozkan Aydin, 19, yang menghilang sejak empat tahun silam.

Menurut dia, putranya telah ditipu. "Padahal anak saya bercita-cita menjadi polisi atau tentara," tutur Aydin.

"Ada buktinya bahwa anak saya memasuki gedung ini. Jadi ke mana lagi saya harus pergi?" tukas dia ketika ditanya alasannya berunjuk rasa di depan kantor HDP.

Nasib pilu juga dialami Turkan Mutlu, 43, ibunda dari Ceylan Tekin.

Dia rela menempuh perjalanan jauh dari Provinsi Bursa, barat laut Turki, untuk mengikuti unjuk rasa dan menemukan putrinya.

Ceylan, 24, menghilang sejak tujuh tahun lalu ketika dia masih berusia 17 tahun dan tengah mempersiapkan studinya di Balikesir University.

"Dia punya mimpi. Kami punya mimpi. Namun mereka menghancurkan mimpi kami," kata Turkan.

Kurang dari setahun sejak dia menghilang, Ceylan melihat putrinya di siaran afiliasi PKK. "Tak disangka-sangka, dia berada di Kobane, utara Suriah," jelas ibu itu.

Turkan yakin kawan anaknya mengancamnya untuk ikut ke gunung-gunung. "Anak saya dicuci otak. Awalnya mereka mempengaruhi pikirannya, kemudian raganya," tandas dia.

Sementara itu, Fatma Akkus, 49, sudah mencari anaknya selama lima tahun terakhir. "Putri saya, Songul, menghilang ketika berusia 14 tahun."

Akkus mengungkapkan bahwa putrinya meninggalkan catatan sebelum menghilang, bunyinya: "Aku ingin bebas,"

Namun, saudara kembar Songul meyakini bahwa tulisan itu bukan tulisan Songul.

Pada 29 September, sumber keamanan mengungkapkan bahwa empat teroris membenarkan adanya hubungan antara teroris PKK dan HDP.

HDP sejak lama diduga berafiliasi dengan kelompok teror itu.


Tentara anak PKK / YPG

Kelompok teror PKK sejak lama dikritik oleh organisasi lokal maupun internasional karena merekrut anak-anak berusia 11-16 tahun sebagai tentara.

Yilmaz Aytekin, penulis buku They Were Just Children, mengatakan sebanyak 20.000 anak bergabung atau dipaksa untuk bergabung dengan PKK selama 35 tahun terakhir.

Yilmaz adalah mantan anggota PKK, yang dipenjara selama 10 tahun, dan kemudian mengabdikan hidupnya untuk meneliti perekrutan tentara anak-anak PKK.

"Aksi protes orang tua di Diyarbakir adalah salah satu unjuk rasa paling damai dan paling penting yang pernah saya lihat dalam 35 tahun terakhir," kata dia kepada Anadolu Agency.

Menurut laporan PBB yang berjudul Children and Armed Conflict, YPG - cabang PKK di Suriah - telah merekrut sebanyak 313 anak selama tahun 2018.

Laporan itu juga mengungkapkan bahwa hampir 40 persen anak-anak yang direkrut oleh YPG adalah perempuan. 20 persen dari mereka berusia di bawah 15 tahun.

Di tahun yang sama, Human Rights Watch (HRW) mengkonfirmasi bahwa kelompok-kelompok itu masih merekrut anak-anak untuk pelatihan militer, meskipun sebelumnya sudah berjanji untuk berhenti menggunakan tentara anak-anak.

YPG adalah cabang PKK di Suriah, yang menggunakan akronim SDF (Pasukan Demokrat Suriah) sebagai kedok agar mendapat dukungan Amerika Serikat.

Dalam lebih dari 30 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK - yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa - bertanggung jawab atas kematian 40.000 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın