Dunia

Inggris dilanda unjuk rasa pro-UE terbesar

Sekitar 700ribu orang memenuhi jalan-jalan di Kota London desak referendum kedua digelar

Muhammad Nazarudin Latief  | 21.10.2018 - Update : 22.10.2018
Inggris dilanda unjuk rasa pro-UE terbesar Demonstran berbaris dalam People's Vote March for the Future di London, Inggris pada 20 Oktober 2018. ( Tayfun Salcı - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

Ahmet Gurhan Kartal

LONDON

Ratusan ribu orang berkumpul di pusat kota London menggelar unjuk rasa pro-UE terbesar untuk mendesak pemerintah menggelar referendum kedua untuk menentukan nasib akhir Brexit, pada Sabtu.

Pengorganisasian unjuk rasa ini telah diselenggarakan selama berminggu-minggu dan penyelenggara mengklaim berhasil mengumpulkan 700ribu orang.

Wali kota London Sadiq Khan, anggota parlemen dari Partai Konservatif Anna Soubry, anggota Parlemen Partai Buruh Chuka Umunna dan Pemimpin Partai Demokrat Liberal Vince Cable ikut berorasi saat massa mencapai Parlemen Square.

Pemimpin Inggris dan Uni Eropa diharapkan bisa melanjutkan perundingan setelah terjadi kebuntuan dalam membahas perbatasan Inggris dan Irlandia, pekan lalu.

Kebuntuan masalah perbatasan ini bahkan melampaui batas yang disarankan UE.

Perdana Menteri Theresa May mengatakan mereka tidak akan menyerah pada solusi apa pun yang akan memecah belah Inggris.

Partai Persatuan Demokratik (DUP), partai politik terbesar di Irlandia Utara, mengatakan tidak akan setuju pada kesepakatan akhir yang akan memisahkan Irlandia Utara dari sisa Inggris.

Dukungan DUP sangat penting untuk kelanjutan pemerintah Mei setelah partainya kehilangan mayoritas di parlemen, menyusul pemilihan cepat tahun lalu. Kemudian, The Tories dan DUP menandatangani kesepakatan kepercayaan-dan-penawaran yang secara efektif berarti DUP membantu menjaga Konservatif berkuasa.

May hampir pasti akan menghadapi kebuntuan dalam negeri juga, karena 40 anggota parlemen Tory mengisyaratkan bahwa mereka akan memicu mosi tidak percaya terhadap dirinya karena mereka pikir dia tidak akan memberikan Brexit yang dipilih orang.

Mereka menentang gagasan meninggalkan negara yang berlabuh ke aturan dan hukum UE tanpa ada suara dalam mekanisme pengambilan keputusan Uni Eropa.

Inggris memilih untuk meninggalkan blok sebesar 52 persen hingga 48 persen dalam referendum yang diadakan pada Juni 2016. Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada Maret 2019.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın