Dunia, Nasional

Greenpeace: Konsep daur ulang saat ini hanya sekadar mitos

Greenpeace tidak mendapati adanya rencana positif untuk mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai oleh perusahaan produsen kebutuhan sehari-hari

Megiza Soeharto Asmail  | 23.10.2018 - Update : 24.10.2018
Greenpeace: Konsep daur ulang saat ini hanya sekadar mitos Ilustrasi. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Megiza Asmail

JAKARTA

Organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang lingkungan, Greenpeace, membeberkan temuan tidak adanya komitmen untuk mengakhiri secara bertahap penggunaan single used packaging dari perusahaan produsen kebutuhan sehari-hari atau Fast-Moving Consumer Goods (FMCG).

Global Plastic Project Leader Greenpeace Indonesia, Ahmad Ashov, mengungkapkan temuan tersebut dihasilkan dari riset yang dilakukan lembaganya terhadap 11 perusahaan FMCG.

“Dari hasil survei kami, recycling saat ini hanya mitos. Karena perusahaan produsen FMCG tidak ada yang men-share komitmen mereka untuk mengurangi kemasan sekali pakai,” ujar Ashov di Jakarta, Selasa.

Greenpeace, beber Ashov, telah mengajukan survei kepada perusahaan seperti Coca-Cola, Colgate-Palmolive, Danone, Johnson & Johnson, Kraft-Heinz, Mars Incorporated, Mondelez, Nestle, Pepsi Co., Procter & Gamble, Unilever. Namun perusahaan tersebut tidak ada yang berani menunjukkan kepedulian mereka kepada masalah sampah plastik.

“Dari survei yang kami lakukan, tidak ada perusahaan yang nge-share komitmen atau rencana positif di mana mereka akan mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai. Tidak ada transparansi,” kata Ashov di Jakarta, Selasa.

Dia menambahkan Greenpeace juga menemukan produsen-produsen tersebut berpegangan pada klaim yang misleading dengan mengatakan produk single portion mereka adalah reusable.

“Padahal itu single used dan tidak bisa digunakan kembali. Kemudian, tidak ada komitmen untuk mengakhiri secara bertahap, atau mengakhiri penggunaan single used packaging itu sendiri,” tutur Ashov.

“Ada yang satu melaporkan pengurangan. Tetapi [perusahaan] yang lain steady,” imbuh dia.

Greenpeace, kata Ashov, menyayangkan sistem perusahan-perusahaan tersebut yang tidak mengetahui ke mana sampah plastik mereka berakhir.

Meski perusahaan produsen FMCG itu mengklaim plastik mereka dapat direcycle, pada kenyataannya itu tidak terjadi.

Dari catatan Greenpeace pada tahun 2015, kurang lebih dari total packaging waste (sampah kemasan plastik) yang mencapai 141 juta ton, hanya sekitar 14 persen saja yang direcycle. Kemudian yang efektif di-recycle hanya 2 persen. Selanjutnya yang diubah menjadi aplikasi yang lebih rendah nilainya lebih dari 8 persen.

“Sedangkan yang hilang dalam proses mencapai 4 persen. Jadi yang mau kita katakan di sini adalah recycling tidak bekerja. Karena sisanya ada yang ke TPA 40 persen, diinsinerasi [pembakaran melalui tungku] 14 persen, sedangkan yang bocor ke lingkungan 32 persen,” beber Ashov.

Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa pada 2015 produksi plastik dunia di berbagai sektor mencapai 448 juta ton. Yang terbanyak di antaranya adalah kemasan.

Dari penelitian Greenpeace, ditemukan bahwa rata-rata waktu pakai kemasan itu hanya kurang dari enam bulan.

“Kemasan adalah salah satu sektor yang menggunakan plastik begitu banyak tapi hanya sebentar saja waktunya sampai akhirnya dia dibuang,” sebut dia.

-Kegagalan seluruh sektor mengatasi krisis polusi plastik

Penggunaan sektor FMCG sebagai tolok ukur dasar penanganan masalah sampah dunia, menurut Greenpeace, dikarenakan posisinya sebagai kekuatan dominan di balik model ekonomi sekali pakai yang mendorong krisis sampah itu sendiri.

Meski begitu, Greenpeace mendapatkan seluruh sektor telah gagal mengatasi permasalahan plastik.

“Kami malah menemukan bahwa seluruh sektor telah gagal untuk bertanggung jawab atas krisis polusi plastik dan malah berusaha mempertahankan status quo,” ujar Ashov.

Dia menilai, ketidakmampuan produsen barang-barang kebutuhan sehari-hari sangat rentan membuat lonjakan penggunaan plastik sekali pakai di masa mendatang. “Itu yang perlu diubah,” sebut dia.

Greenpeace memastikan, empat dari 11 perusahaan yang dimintai transparansi mereka terhadap pengolahan sampah hasil dari produk plastik mereka, merupakan perusahaan yang melaporan penjualan tertinggi produk dengan plastik sekali pakai. Keempat perusahaan tersebut yakni Coca Cola, Pepsi Co, Nestle dan Danone.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.