Dua aktivis Australia dari kapal Handala dibebaskan dari tahanan Israel
Aktivis yang tersisa di tahanan Israel melanjutkan aksi mogok makan sebagai protes atas penahanan ilegal oleh Israel

ISTANBUL
Dua warga negara Australia, yang ditahan di atas kapal bantuan yang berlayar menuju Gaza oleh pasukan Israel, dibebaskan pada Rabu, menurut LSM Koalisi Armada Kebebasan.
Kapal Handala, yang mengangkut susu formula bayi, makanan, dan obat-obatan, disita oleh pasukan Israel di dekat pantai Gaza pada Sabtu malam, dengan 21 warga sipil tak bersenjata di dalamnya, termasuk anggota parlemen, petugas medis, dan relawan.
Menurut koalisi, warga negara Australia Tan Safi dan Robert Martin dibebaskan dari Penjara Givon di Ramlah, Israel tengah, ke Kedutaan Besar Australia di Yordania.
Mereka akan segera kembali ke negara asal setelah prosedur selesai dilaksanakan, kata koalisi.
Israel mengatakan bahwa tujuh dari 14 aktivis yang tersisa telah dipindahkan ke bandara untuk dideportasi dalam beberapa jam mendatang.
Koalisi Armada Kebebasan menyatakan bahwa para aktivis yang ditahan melanjutkan aksi mogok makan mereka pada hari keempat berturut-turut, memprotes penahanan ilegal Israel di tengah “kondisi penahanan yang keras dan merendahkan martabat.”
"Kondisi yang mereka alami menyoroti kenyataan pahit yang dihadapi dalam tahanan Dinas Penjara Israel, di mana banyak warga Palestina menderita penganiayaan dan penyiksaan yang jauh lebih parah," tambah pernyataan itu.
Kapal bantuan yang diluncurkan oleh Koalisi Armada Kebebasan berlayar dari Italia dalam upaya untuk menerobos pengepungan Israel selama berbulan-bulan, yang menyebabkan 2,4 juta penduduk Gaza berada di ambang kelaparan.
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah mencegat sejumlah kapal bantuan yang menuju Gaza di perairan internasional.
Pada bulan Juni, pasukan Israel menyita Madleen dan menahan 12 aktivis internasional, termasuk aktivis Swedia Greta Thunberg dan Anggota Parlemen Eropa asal Prancis Rima Hassan. Sebulan sebelumnya, MV Conscience diserang oleh pesawat tanpa awak di dekat Malta.
Israel telah memberlakukan blokade terhadap Gaza selama 18 tahun dan, sejak 2 Maret, telah menutup semua penyeberangan, memblokir masuknya konvoi bantuan dan mengabaikan seruan internasional untuk membukanya kembali.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 147 orang telah meninggal karena kelaparan sejak Oktober 2023, termasuk 88 anak-anak.
Menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, tentara Israel telah melancarkan serangan brutal di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menewaskan hampir 60.000 warga Palestina, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.