Dunia

Dokter bedah Sudan Selatan raih penghargaan pengungsi PBB

Evan Atar Adaha menerima penghargaan atas 'komitmen luar biasa' dalam menyediakan layanan medis untuk ribuan pengungsi

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 26.09.2018 - Update : 26.09.2018
Dokter bedah Sudan Selatan raih penghargaan pengungsi PBB Ilustrasi. (Foto file - Anadolu Agency)

Ankara

Munira Abdelmenan Awel

ANKARA

Seorang dokter Sudan Selatan memenangkan penghargaan PBB untuk pelayanannya selama dua dekade di daerah-daerah yang dilanda perang di Sudan Selatan, kantor hak asasi manusia PBB mengumumkan pada Selasa.

Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Dr. Evan Atar Adaha, dokter bedah di satu-satunya rumah sakit di timur laut Maban County, negara bagian Upper Nile, mendapat Penghargaan Pengungsi Nansen 2018 dari UNHCR.

"Penghargaan ini sebagai bentuk pengakuan atas komitmen dan pengorbanan Dr. Atar yang luar biasa dalam memberikan layanan medis kepada lebih dari 200.000 orang, termasuk sekitar 144.000 pengungsi dari negara bagian Blue Nile, Sudan," kata UNHCR.

Filippo Grandi, Komisaris UNHCR, memuji Atar atas pengabdiannya selama beberapa dekade dalam perang sipil dan konflik sebagai "contoh yang sangat baik tentang kemanusiaan dan tanpa pamrih".

“Melalui usahanya yang tak kenal lelah, ribuan nyawa telah diselamatkan, tak terhitung pria, wanita, dan anak-anak yang mendapat kesempatan baru untuk membangun kembali masa depan,” tambah Grandi.

Atar akan menerima penghargaan itu pada 1 Oktober di Jenewa, Swiss.

- Mengobati semua orang tanpa pandang bulu

Atar, 52 tahun, dan timnya melakukan rata-rata 58 operasi per minggu dalam kondisi sulit dengan perlengkapan dan peralatan yang terbatas, menurut UNHCR.

Dokter bedah ini mendirikan praktek bedah pertamanya di sebuah pusat kesehatan lokal yang terlantar, menyesuaikan hal-hal yang dia temukan secara lokal dengan peralatan medis dan melatih para pemuda di bidang keperawatan dan kebidanan.

“Kami mengobati semua orang di sini tanpa memandang siapa mereka -- masyarakat terlantar, pengungsi dari luar, penduduk setempat,” kata Atar.

"Saya sangat senang ketika menyadari bahwa pekerjaan yang saya lakukan telah menyelamatkan seseorang dari penderitaan atau telah menyelamatkan hidupnya," tambahnya.

Penghargaan Pengungsi Nansen dari UNHCR memberi penghargaan kepada dedikasi dalam melayani pengungsi paksa.

Sejak 2013, Sudan Selatan, yang memisahkan diri dari Sudan setelah referendum 2011, tetap menjadi lokasi perang sipil berdarah antara pasukan pemerintah melawan kelompok oposisi bersenjata.

Sebagai negara termuda di dunia, Sudan Selatan menampung 300.000 pengungsi.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın