Yerevan
Dmitri Chirciu
YEREVAN, Armenia
Para pengunjuk rasa dari kubu oposisi pada Senin menyerbu gedung pemerintah di ibu kota Armenia, Yerevan.
Para demonstran yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Nikol Pashinyan meneriakkan slogan-slogan di gedung pemerintahan tempat beberapa kementerian berada.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kami dapat memasuki gedung apa pun yang kami inginkan," kata para pengunjuk rasa. Lantas mereka meninggalkan gedung itu setelah berunjuk rasa secara singkat.
Ketegangan terus berlanjut
Perselisihan terjadi setelah Kepala Staf Umum Militer Onik Gasparyan dipecat karena menyerukan pengunduran diri perdana menteri pada pekan lalu. Perselisihan juga berlanjut antara Pashinyan dan Presiden Armenia Armen Sargsyan.
Meski Sargsyan menolak instruksi Pashinyan untuk memecat Kepala Staf Umum, Pashinyan kembali mengirimkan keputusan yang sama kepada presiden.
Pendukung pemerintah dan oposisi mengadakan demonstrasi di Yerevan pada waktu yang sama.
Pashinyan mengundang para pendukungnya untuk berkumpul di Republic Square di Yerevan pada Senin malam, 30 menit setelah oposisi diperkirakan berkumpul di Marsekal Baghramyan Square.
Pashinyan mengadakan rapat Dewan Keamanan negara dan membahas masalah keamanan internal dan eksternal.
Upaya kudeta
Pekan lalu, Gasparyan, bersama dengan komandan senior lainnya, merilis pernyataan yang menyerukan pengunduran diri Pashinyan.
Pashinyan mengecam seruan militer sebagai upaya kudeta, dan mendesak para pendukungnya turun ke jalan.
Dia kemudian mengumumkan pemecatan kepala Staf Umum di Facebook.
Kerusuhan menyusul berakhirnya konflik militer antara Armenia dan Azerbaijan pada musim gugur lalu secara luas dipandang sebagai kemenangan bagi Azerbaijan.
Hubungan antara bekas republik Soviet tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Selama konflik enam minggu, yang berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia, Azerbaijan membebaskan beberapa kota strategis dan hampir 300 pemukiman dan desanya dari pendudukan Armenia.
Sebelumnya, sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan telah diduduki secara ilegal selama hampir tiga dekade.