
Regional
Kaamil Ahmed
YERUSALEM
Gambar seorang warga Palestina beragama Kristen sedang membaca alkitab di tengah-tengah umat Muslim yang sedang bersujud dalam salat berjamaah, atau pemandangan seorang pendeta Kristen yang bergabung dengan rekan-rekan Muslimnya di saat prosesi peribadatan telah dibagikan secara masif seminggu ini, di salah satu situs suci terpenting di Yerusalem.
Dalam ketegangan yang sudah berlangsung selama lebih dari seminggu perihal pembatasan akses ke Masjid Al-Aqsa oleh Israel, Uskup Agung Gereja Ortodoks Yunani di Yerusalem Atallah Hanna merupakan salah satu yang paling vokal menyuarakan dukungan untuk persatuan umat Kristen dan Muslim Palestina.
“Adalah tugas kita sebagai umat Kristen dan Muslim Palestina untuk tetap bersatu melawan keserakahan Israel, yang sesungguhnya menargetkan kita semua,” kata dia kepada Anadolu Agency sambil membaurkan diri ke tengah-tengah massa yang sedang berdoa di luar tembok masjid paling suci ketiga bagi umat Islam ini.
“Seperti yang semua orang ketahui, warga Palestina bersatu melawan okupasi [Israel] dan rasisme,” ungkapnya.
Warga Muslim Palestina sendiri telah menolak masuk ke masjid karena Israel memasang detektor logam di gerbang masuk, setelah insiden penembakan yang menewaskan polisi Israel dan tiga orang Palestina.
Israel bersikukuh bahwa pemasangan keamanan tambahan ini adalah efek dari penyerangan tersebut, sementara warga Palestina memandang pemasangan detektor sebagai usaha Israel untuk mengendalikan situs tersebut. Meski, menurut perjanjian sejarah, situs ini harus tetap berada di bawah manajemen dan dipakai untuk peribadatan umat Muslim, walaupun mereka yang non-Muslim dapat berkunjung atau berziarah. Masjid ini juga dianggap suci oleh kaum Yahudi, yang menyebutnya sebagai Bait Suci.
“Gereja Yerusalem mengumumkan solidaritas mereka dengan Masjid Al-Aqsa, dan kami berada di sini hari ini untuk menunjukkan rasa solidaritas kami dengan saudara Muslim,” kata Uskup Agung.
“Mereka yang menargetkan Masjid Al-Aqsa adalah sama dengan mereka yang menargetkan peninggalan-peninggalan Kristen yang dijarah dan dicuri secara ilegal.”
Sebanyak lebih dari separuh umat Kristen Palestina diperkirakan jemaat Gereja Yunani Ortodoks, sementara yang lainnya tersebar di berbagai golongan agama lain.