Budaya, Nasional

Pemerintah genjot produksi tekstil Indonesia

Produksi tersebut untuk memenuhi kebutuhan domestik sekaligus mengejar target ekspor

Hayati Nupus  | 14.09.2018 - Update : 15.09.2018
Pemerintah genjot produksi tekstil Indonesia Ilustrasi pekerja tekstil Indonesia (File Foto - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Hayati Nupus

BANDUNG 

Pemerintah tengah menggenjot produksi tekstil Indonesia.

Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita mengatakan hasil produksi tersebut untuk memenuhi kebutuhan domestik sekaligus mengejar target ekspor.

“Ini bukan sunset industry, its growing industry,” ujar Menteri Enggartiasto, Jumat, di hadapan para pengusaha tekstil Indonesia, di Bandung, Jawa Barat.

Enggartiasto mengatakan industri tektil Indonesia pernah berjaya semasa generasi pertama pengusaha Indonesia.

Pada masa itu, menurut Enggar, bahkan pemerintah menempatkan sandang sebagai kebutuhan prioritas, dengan trilogi “sandang, pangan dan papan”.

“Masa itu pernah terjadi, namun sudah lewat sehingga disebut sunset industry dan sekarang ketergantungan impor kita tinggi,” kata Menteri Enggar.

Perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat, menurut Enggar, merupakan peluang besar agar pengusaha muda Indonesia mengisi kebutuhan tekstil dalam negeri.

Pada saat yang sama, tambah Enggar, pemerintah berupaya membuka peluang pasar ekspor.

Pemerintah menargetkan ekspor tekstil Indonesia menjadi USD30 miliar pada 2025. Sejauh ini, Indonesia baru sanggup mengekspor USD12-13 miliar.

Enggar memetakan sejumlah negara potensial menjadi target pasar tekstil produksi Indonesia.

Di antaranya Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, yang merupakan segmen pasar tradisional Indonesia sejak lama.

Beberapa waktu belakangan, menurut Enggar, eskpor tekstil ke Tiongkok juga meningkat.

“Industri tekstil kita tidak kehilangan pangsa pasar dunia kok,” ungkap Enggar.

Di luar pasar tradisional itu, kata Enggar, pemerintah akan membuka pasar baru di berbagai negara. Misalnya di Kamboja yang peluangnya akan terbuka setelah persoalan pemilu di negara tersebut rampung.

Juga Australia yang pangsa pasarnya besar, kata Enggar. Pemerintah Indonesia dan negeri kangguru tersebut telah menuntaskan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Di luar itu, menurut Enggar, pasar potensial adalah Regional Rehabilitation Continuing Education Program (RRCEP), yang terdiri dari 10 negara ASEAN dan enam negara lain seperti Tiongkok, India, Jepang, Korea dan Australia, dengan populasi hampir separuh penduduk dunia.

Selain itu potensi pasar terbuka di negara Afrika seperti Tunisia, Maroko dan Mozambik. Ini merupakan pintu gerbang agar produk Indonesia bisa masuk ke Spayol, Prancis dan negara-negara Eropa.

Meski begitu, kata Enggar, pengusaha tetap harus adil pada lingkungan dan tertib melaksanakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Keuntungan lebih yang diperoleh pengusaha, ujar Enggar, dapat digunakan untuk membereskan IPAL.

“Bagi yang melanggar, izinnya kita cabut,” kata Enggar.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın