Tatanan Timur Tengah obsesi Trump
Anggota GCC tidak keberatan dengan eskalasi pengaruh Iran yang terus berkembang di wilayah tersebut; tetapi mereka tidak memiliki antusiasme yang sama dengan Trump yang menjelekkan Republik Islam

Washington DC
WASHINGTON D.C.
Sebulan sebelum dia mengumumkan pemberlakuan kembali sanksi AS terhadap Iran, Presiden Donald Trump mengirim surat rahasia kepada pemimpin Dewan Kerja sama Teluk (GCC) di mana dia mendesak mereka untuk mengakhiri perpecahan. Surat itu menjelaskan cara bagaimana negara-negara Teluk mencapai kata sepakat, termasuk mengakhiri serangan media yang dilakukan masing-masing media terkemuka di sana.
Trump ingin melakukan kampanye melawan Iran, dan untuk maksud tersebut, dia ingin sekutu AS di kawasan Teluk menyatukan kembali barisan mereka. Sejak pecahnya krisis antara Qatar – di satu sisi – dan Arab Saudi, Emirat, Bahrain dan Mesir – di sisi lain, Doha telah bergeser lebih dekat ke Teheran. Karena Arab Saudi menutup satu-satunya akses darat di perbatasan Qatar. Sementara Bahrain dan UEA menutup wilayah udara mereka untuk penerbangan Qatar. Doha terpaksa bergantung pada tetangganya yang lain, terutama Teheran, yang tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengeksploitasi kesenjangan yang semakin lebar dengan tetangga Arab-nya.
Namun tidak seperti Arab Saudi, Bahrain, dan UEA, tiga anggota GCC lainnya – Qatar, Kuwait, dan Oman – memiliki hitungan berbeda ketika menyangkut Iran. Ibarat anak-anak kecil di suatu blok sedang belajar cara berjalan di pagar di antara kekuatan besar karena takut diganggu oleh yang satu, atau ditelan oleh yang lain.
Kuwait, misalnya, telah mempertahankan hubungan baik dengan Riyadh dan Teheran selama dua dekade terakhir. Kuwait adalah salah satu mitra Amerika yang paling dapat diandalkan, sehingga pejabat Amerika menyebutnya "mitra kami yang paling terkemuka di luar NATO." Namun, meskipun hubungan yang sangat baik dengan Washington, Kuwait telah memastikan untuk menjaga hubungan baik dengan Iran juga. Negara-negara kecil tersebut menyadari bahwa mereka sangat berkepentingan untuk tetap menjaga netralitas dengan negara tetangganya, bahkan jika pun harus memaksa mereka berjalan dengan terikat tali yang ketat.
Jadi ketika Trump mengajak negara-negara GCC untuk bersama-sama mendukung dirinya berkonfrontasi dengan Iran, negara Qatar, Kuwait dan Oman tampaknya siap membantu menyatukan kembali GCC, tetapi para pejabat mereka tampaknya enggan mendukung sikap keras terhadap Teheran.
Masalah lain dengan rencana Trump adalah kebijakannya untuk mengubah Iran menjadi ‘orang-orangan sawah’, cukup menakutkan untuk membuat semua negara anggota GCC mengesampingkan keberatan apa pun yang mereka miliki terhadap normalisasi hubungan mereka dengan Israel, terlepas dari perdamaian antara Israel dan Palestina.
Meninggalkan hubungan tradisional solidaritas Arab dengan orang-orang Palestina, yang berarti mengabaikan prinsip tidak membuka hubungan dengan Israel hingga orang-orang Palestina mendapatkan apa yang mereka inginkan, Bahrain dan Emirat justru telah menunjukkan kelonggaran hubungan mereka dengan negara Zionis tersebut. Beberapa laporan menunjukkan bahwa bahkan Arab Saudi telah mengizinkan pesawat nasional Israel El Al untuk terbang di atas wilayah udara Saudi, yang merupakan petunjuk lain hubungan yang mencair antara kedua negara.
Kuwait, dan terutama Qatar, tampaknya tidak mau bergabung dengan rekan-rekan mereka di GCC dalam melonggarkan hubungan dengan Israel. Orang-orang Kuwait dan Qatar lebih memilih kebijakan tradisional Arab untuk tidak membuka hubungan dengan Israel sampai Palestina diperlakukan adil, dan sampai orang-orang Palestina menyetujui masyarakat Arab membuka hubungan dengan Tel Aviv.
Jadi, saat semua anggota GCC tidak mempermasalahkan eskalasi pengaruh Iran yang semakin meluas di kawasan ini, mereka juga tidak sepenuhnya mengikuti sikap Trump yang selalu menjelekkan Republik Islam Iran dan melukiskan sama berbahaya dengan mengesampingkan keberatan Arab terhadap normalisasi hubungan dengan Israel.
Dari perspektif Saudi, UEA dan Bahrain, pepatah ‘musuh dari musuh saya adalah teman saya’ tentu berlaku untuk situasi ini. Jika Iran adalah musuh mereka, dan Iran adalah musuh Israel juga, maka Israel menjadi sahabat Abu Dhabi, Riyadh dan Manama.
Untuk orang Qatar dan Kuwait, ‘musuh Israel dari musuh Iran saya belum tentu teman saya, tapi lebih tepatnya masih merupakan musuh dalam dirinya sendiri.
Tingginya kompleksitas kepentingan semacam itu membuat Washington lebih sulit menerapkan kembali sanksi-sanksinya terhadap Iran. Orang-orang Eropa mengumumkan berpisah dengan AS atas penarikan Washington dari kesepakatan nuklir, dan beberapa negara Teluk tetangga Iran menunjukkan lebih longgar berhubungan dengan Teheran, ketimbang yang diharapkan AS. Rencana Trump untuk mengembargo Iran tampaknya tidak akan berjalan mulus. Selain itu, tanpa resolusi dari Dewan Keamanan PBB, negara-negara seperti Qatar, Kuwait, Oman, dan bahkan Dubai – salah satu Emirat di UAE – akan merasa lebih sulit untuk melaksanakan sanksi Amerika.
Tatanan regional baru sebagian didasarkan pada terobosan perdamaian antara orang Arab dan Israel berdasarkan skema ‘luar-ke dalam’, di mana negara-negara Arab menandatangani perdamaian pertama dengan Israel, sebelum Palestina melakukannya, bukan seperti selama ini terjadi yaitu pendekatan ‘dalam-keluar’.
Namun, tatanan Timur Tengah yang dibayangkan pemerintahan Trump sepertinya tidak dibuat berdasarkan kebijakan yang terencana, matang dan terukur, tetapi semata improvisasi presiden AS tersebut.
Sampai Washington muncul dengan skema yang lebih baik untuk menata kembali Timur Tengah, kebijakan pemerintahan Trump di kawasan ini hanya semata menjadi serangkaikan uji-coba yang tujuannya untuk merusak kebijakan mantan Presiden Barack Obama ketimbang memperkenalkan visi baru.
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Anadolu Agency Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.