Dunia, Analisis

ANALISIS - Apa makna bencana Afghanistan bagi kebijakan luar negeri AS

- Foto ikonik helikopter militer Amerika yang akan lepas landas dari Saigon pada 1975 kini dibandingkan dengan foto helikopter Amerika dan pemandangan mengerikan di bandara Kabul

Dr. Hamza Karçiç  | 20.08.2021 - Update : 20.08.2021
ANALISIS - Apa makna bencana Afghanistan bagi kebijakan luar negeri AS Pemakaman Nasional Arlington yang merupakan tempat pemakaman bagi militer Amerika Serikat di Arlington County, Amerika Serikat pada 17 Agustus 2021. Beberapa tentara AS yang tewas di Afghanistan dimakamkan di tempat ini. ( Yasin Öztürk - Anadolu Agency )

Saraybosna

Dr. Hamza Karcic

- Penulis adalah profesor di Fakultas Ilmu Politik Universitas Sarajevo

ISTANBU

Ketika Taliban mendekat dan keruntuhan pemerintah Kabul tampak jelas, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada 15 Agustus menyatakan bahwa ini "bukan Saigon".

Blinken mengacu pada evakuasi personel Amerika tahun 1975 dari Saigon, ibu kota Vietnam Selatan saat itu, ketika pasukan komunis mengambil alih.

Rekaman dari bandara Kabul setelah pernyataan Blinken menunjukkan warga Afghanistan berlarian di landasan, beberapa mencoba naik pesawat dan yang lain berpegangan pada pesawat militer AS saat lepas landas.

Empat puluh enam tahun lalu, foto ikonik helikopter militer Amerika yang akan lepas landas dari Saigon pada 1975 kini dibanding-bandingkan dengan foto helikopter Amerika yang terbang di Kabul dan pemandangan mengerikan di bandara.

Banyak analis telah menunjukkan kesamaan antara rawa Amerika di Vietnam Selatan dan di Afghanistan. Kebijakan Vietnamisasi dan Afganisasi telah gagal. Korupsi pemerintah Kabul hanya bisa ditandingi oleh Saigon.

Sekarang evakuasi personel Amerika dari Kabul dan nasib yang tidak pasti dari warga lokal Afghanistan yang bekerja untuk pasukan negara-negara Barat menunjukkan bahwa ini "bukan Saigon". Bahkan, mungkin lebih buruk. Momen Kabul akan menjadi metafora baru dalam literatur kebijakan luar negeri AS.

Apa arti “momen Kabul” ini bagi kebijakan luar negeri AS?

Pertama, kegagalan di Afghanistan sekarang akan menempati peringkat sebagai kegagalan terburuk dalam kebijakan luar negeri AS sejak Vietnam. Keputusan Presiden Joe Biden untuk mengakhiri kehadiran militer Amerika di Afghanistan adalah pemenuhan janjinya untuk mengakhiri “perang selamanya”.

Keputusannya sejalan dengan jajak pendapat yang menunjukkan dukungan publik Amerika untuk langkah semacam itu.

Namun, pelaksanaan keputusannya sekarang dikritik karena terlalu terburu-buru dan tidak memberikan cukup waktu untuk evakuasi ribuan warga Afghanistan yang bekerja dengan Amerika, serta untuk warga negara AS sendiri.

Kegagalan untuk mengevakuasi penerjemah Afghanistan, konsultan dan sekutu lokal lainnya dari Afghanistan sebelum pemerintah Kabul runtuh hampir pasti akan diingat sebagai kegagalan besar yang merusak kredibilitas Amerika.

Kedua, seperti yang terjadi di era pasca-Vietnam, dukungan terhadap intervensi militer AS di luar negeri akan menurun secara signifikan. Perang di Afghanistan dan Irak telah menguras dukungan publik untuk intervensi militer di tempat-tempat yang jauh di mana kepentingan vital Amerika tidak jelas. Ini adalah pesan kepada negara-negara kecil untuk tidak menggantungkan harapan mereka atau mendasarkan strategi mereka pada intervensi Amerika dalam waktu dekat.

Bagaimanapun, Perang Teluk 1991 adalah upaya besar militer Amerika yang akhirnya mengakhiri sindrom Vietnam. Dengan kata lain, AS membutuhkan waktu lebih dari lima belas tahun untuk menegaskan kembali tindakan campur tangannya.

Ketiga, dua puluh tahun yang lalu, setelah serangan teroris 9/11, NATO menggunakan Pasal 5, yang mengamanatkan pertahanan diri kolektif, untuk pertama kalinya sejak didirikan pada 1949. Kegagalan misi di Afghanistan pasti mempengaruhi kredibilitas NATO juga.

Faktanya, ini adalah kekalahan pertama yang dialami oleh Aliansi sejak didirikan. Kekalahan datang di tangan aktor non-negara. Bagaimana fitur Afghanistan dalam citra diri NATO, dalam konsep strategis barunya, dan persepsi kekuatan saingan tentang Aliansi belum terlihat di tahun-tahun mendatang.

"Perang abadi” AS di Afghanistan akan dipelajari di tahun-tahun mendatang dan perbandingannya dengan Vietnam hampir tak terelakkan. Jika Amerika pasca-Vietnam dijadikan panduan, pemerintah AS , diharapkan meletakkan fokus yang lebih besar pada masalah domestik. Intervensi militer di luar negeri, di mana kepentingan vital Amerika tidak dipertaruhkan, kecil kemungkinan terjadi dalam waktu dekat.

Yang perlu dilakukan oleh Administrasi Biden sekarang adalah meningkatkan kredibilitas NATO sehingga negara-negara dari Baltik hingga Balkan dapat mengandalkan aliansi itu untuk menjaga keamanan mereka.

* Pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Anadolu Agency.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.