Türkİye

Turki tentang narasi permusuhan dengan orang Armenia atas Peristiwa 1915

Narasi genosida Armenia adalah klaim yang semata-mata didasarkan pada pertimbangan politik, dan bertentangan dengan fakta, kata pejabat tinggi Turki

Sena Güler  | 21.04.2021 - Update : 21.04.2021
Turki tentang narasi permusuhan dengan orang Armenia atas Peristiwa 1915 Kepala Direktorat Komunikasi Turki Fahrettin Altun (Foto file - Anadolu Agency)

Ankara

ANKARA 

Turki menentang narasi yang berusaha menabur permusuhan antara bangsa Turki dan Armenia dengan memutarbalikkan sejarah bersama mereka, kata Kepala Direktorat Komunikasi Turki Fahrettin Altun pada Selasa.

“Hari ini, kita menghadapi narasi yang mencoba menciptakan permusuhan melalui sejarah dengan memutarbalikkan sejarah bersama antara bangsa Turki dan Armenia, yang telah hidup bersama secara damai selama berabad-abad. Dan kami menentang narasi ini,” kata Altun pada Konferensi Internasional virtual tentang Peristiwa 1915.

Dalam sambutan pembukaannya, Altun mengatakan opini yang dibagikan selama konferensi akan membantu mengungkapkan kebenaran tentang acara tersebut.

Dia mengatakan bahwa rasa sakit yang diderita di masa lalu di setiap bagian dunia mencapai zaman kita tidak hanya melalui buku sejarah tetapi juga dengan dongeng yang diceritakan orang tua kepada anak-anak mereka, serta kenangan, tetapi sayangnya seiring berjalannya waktu beberapa peristiwa berubah menjadi mitos dan kehilangan realitas.

Menyinggung bagaimana abad ke-20 menyaksikan peristiwa yang sangat penting, dia mengatakan pada akhir Perang Dunia I tiga kerajaan besar - Ottoman, Austro-Hungaria, dan Tsar Rusia - dibubarkan.

Dia mengatakan perang dunia pertama merenggut sekitar 38 juta jiwa, yang menyebabkan trauma hebat di semua pihak.

"Puluhan ribu orang Turki dan Armenia tewas akibat konflik di timur Anatolia," kata dia.

“Di tengah peristiwa ini, beberapa warga Ottoman asal Armenia di provinsi timur - yang mempersulit pergerakan tentara, menyerang rakyat Ottoman, dan menyembunyikan kelompok bersenjata yang bekerja sama dengan tentara musuh - menjadi sasaran kebijakan relokasi 1915 ke tanah Suriah di dalam perbatasan Kekaisaran Ottoman," tutur Altun.

Orang-orang Armenia yang tinggal di daerah tertentu direlokasi dengan tujuan melindungi warga sipil dan mempertahankan tanah dalam kondisi masa perang, jelas dia.

“Saat langkah pengamanan ini dilaksanakan, sayangnya dalam kondisi perang yang berlangsung dengan segala kekerasannya, kejadian-kejadian yang tidak diinginkan juga terjadi. Ada banyak korban dan penderitaan yang diderita oleh orang Turki dan Armenia,” imbuh dia, sambil menguraikan latar belakang peristiwa 1915.

“Peristiwa ini menjadi dasar perdebatan dan bahkan fitnah yang turun ke zaman kita,” pungkas dia.

Peristiwa 1915 adalah peristiwa kematian orang-orang Armenia di Anatolia timur saat beberapa pihak yang mendukung invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Ottoman.

Langkah relokasi warga Armenia selanjutnya menyebabkan banyak korban.

Turki menolak klaim insiden itu sebagai "genosida" namun menggambarkan peristiwa 1915 sebagai tragedi di mana kedua belah pihak mengalami kerugian.

Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi gabungan para sejarawan dari Turki dan Armenia plus para pakar internasional untuk menelusuri​​​​​​​ masalah ini.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın