Thailand hadapi kontraksi ekonomi hingga 10% akibat Covid-19
Gelombang kedua penyebaran virus korona juga bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi pada 2021

Jakarta Raya
JAKARTA
Ekonomi Thailand bisa berkontraksi hingga 10 persen tahun ini akibat serangan Covid-19 gelombang kedua setelah pemerintah mencabut semua kebijakan karantina wilayah, ujar para analis keuangan.
Supavud Saicheua, penasihat Kiatnakin Phatra Financial Group, memperkirakan ekonomi global akan menyusut sebesar 6 persen pada 2020 jika ada gelombang kedua Covid-19 dan terus memburuk pada 2021.
"Jika situasi berlanjut ke tahun depan, pertumbuhan PDB global akan terus menurun, tidak bisa tumbuh 5 persen," kata Supavud seperti dilansir Bangkok Post. "Untuk Thailand, kerugian ekonomi tetap terbuka."
Dalam sejarah, pandemi flu Spanyol 1918 mereda pada musim pana, namun muncul gelombang kedua pada musim gugur. Hal inilah yang ditakutkan oleh pemerintah di seluruh dunia akan terulang pada pandemi Covid-19.
Thailand bisa rentan terhadap gelombang kedua karena awal musim hujan pada Juni sering membuat munculnya kasus flu yang lebih tinggi.
Bank Dunia baru-baru ini meramalkan bahwa PDB Thailand akan menyusut 5 persen tahun ini karena penyebaran Covid-19, kekeringan, pertumbuhan upah yang stagnan, meningkatnya pengangguran dan kemiskinan.
Supavud mengatakan pemerintah memang perlu melonggarkan pembatasan-pembatasan sosial untuk membangunkan kegiatan ekonomi. Sebelumnya pemerintah mengumumkan akan melanjutkan lockdown dan jam malam untuk bulan berikutnya.
"Bisnis perlu memperbarui operasi untuk mendorong pemulihan ekonomi domestik," kata dia.
"Jika pemerintah memberlakukan langkah-langkah lockdown terlalu lama, itu hanya akan memperburuk masalah keuangan bisnis dan individu."
Akibat lockdown selama satu bulan yang akan berakhir besok, ekspor ekspor akan turun sebesar 5 persen, pariwisata dan jasa sebesar 30-40 persen, sektor otomotif sebesar 20 persen dan sektor real estate sebesar 20-30 persen.
"Jika pemerintah memberlakukan lockdown lebih dari satu bulan, maka akan ada efek yang lebih besar pada bisnis dan ekonomi domestik," kata Supavud.
Untuk Thailand, tantangannya adalah bagaimana melepaskan lockdown dan menangani jumlah infeksi di bawah kapasitas sistem kesehatan masyarakat negara itu, kata dia.
Kesehatan masyarakat dan kemampuan menghadapi virus baru adalah prioritas kebijakan pemerintah, kata dia, karena Covid-19 dapat berulang setiap tahun.
Demografi yang menua di Thailand juga memaksa pemerintah bersiap menghadapi segala kemungkinan.
Boon Vanasin, pemilik dan ketua Thonburi Healthcare Group, mengatakan pemerintah telah menerapkan langkah-langkah kuat untuk mengatasi wabah dan mengangkat citra keamanan kesehatan Thailand secara global.
"Pemerintah melakukan pekerjaan besar mengatasi wabah Covid-19 dan mengendalikan penyebaran virus," kata dia.
Thailand berada di peringkat keenam di antara 195 negara dengan sistem kesehatan terkuat, menurut penelitian oleh Universitas John Hopkins yang diterbitkan tahun lalu, sebelum pandemi.
"Thailand adalah satu-satunya negara berkembang yang berada di peringkat 10 besar global, serta yang pertama di antara negara-negara Asia," kata Boon.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.