Singapura akan alami resesi terburuk karena Covid-19
Para ekonom kembali menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi negara kota itu dan resesi juga akan semakin dalam

Jakarta Raya
JAKARTA
Ekonomi Singapura diperkirakan akan kembali macet satu bulan lagi, hingga 1 Juni mendatang, setelah pemerintah memperpanjang langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran wabah Covid-19 atau yang sering disebut "pemutus sirkuit".
Para ekonom kembali menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi negara kota itu dan resesi juga akan semakin dalam.
Ekonom United Overseas Bank (UOB) Barnabas Gan dalam sebuah laporan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Singapura pada 2020 turun lebih dalam, dari -2,5 persen menjadi -4 persen, dikutip dari Malaymail.
Ekonom lain yang diwawancarai juga memprediksi hal serupa.
Sehari sebelumnya, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengumumkan bahwa pemerintah akan memperpanjang selama empat minggu “pemutusan sirkuit” untuk mengurangi pergerakan orang hingga penyebaran Covid-19 menurun.
Periode itu seharusnya berakhir pada 4 Mei.
Keputusan ini membuat semakin banyak bisnis yang tutup, sehingga proporsi pekerja yang pulang pergi setiap hari bisa dikurangi dari 20 persen menjadi sekitar 15 persen.
Selena Ling, kepala penelitian dan strategi keuangan di Bank OCBC, juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Singapura menjadi -6 persen dari sebelumnya -3 persen.
Kemungkinan penurunan pertumbuhan menurut dia bisa mencapai -10 persen.
Ekonom Bank DBS Irvin Seah dan ekonom Maybank King Emg Chua Hak Bin mengatakan perpanjangan masa “pemutusan sirkuit Covid-19” berisiko membuat kontraksi ekonomi lebih besar di Singapura.
Sebelumnya dalam laporan yang disusun oleh Chua dan Lee Ju Ye, ekonom lain dari Maybank Kim Eng, diperkirakan “pemutus sirkuit” akan menyebabkan produk domestik bruto (PDB) berkontraksi sekitar 6 persen, sementara perpanjangan satu bulan akan menyebabkan kontraksi lebih lanjut menjadi 8 persen.
Chua mengatakan bahwa satu bulan tambahan ini akan membebani ekonomi Singapura sebesar SGD10 miliar.
Seah sebelumnya meramalkan 2,8 persen baseline kontraksi ekonomi tahun ini, sementara empat minggu pertama dari “pemutus sirkuit” berpotensi memicu perkiraan setahun penuh menuju kontraksi 4 persen.
Sekarang dengan perpanjangan, ada risiko bahwa resesi akan lebih dalam dari batas bawah kisaran perkiraan resmi pihak berwenang -4 persen.
Perkiraan resmi dari Departemen Perdagangan dan Industri memperkirakan bahwa ekonomi Singapura akan berkontraksi antara 1 dan 4 persen untuk 2020.
Semua proyeksi ini menjelaskan bahwa Singapura sedang menuju kemungkinan resesi terburuk yang pernah tercatat.
Para ekonom mengatakan bahwa penghentian aktivitas ekonomi selama masa perpanjangan “pemutusan sirkuit” akan sangat memukul sektor konstruksi, makanan dan minuman (F&B) dan manufaktur.
Gan dari UOB mengatakan dengan penambahan ini, proyek-proyek konstruksi juga akan kehilangan pendapatan.
Selain itu, 70 persen dari Kawasan penjualan ritel Singapura akan ditutup.
Selain sektor makanan dan minuman yang sangat terpengaruh oleh kebijakan pembatasan gerak, Seah mengatakan bahwa banyak industri di luar F&B tidak akan dapat beroperasi pada kapasitas penuh mereka untuk satu bulan lagi.
Menurut Ling, dalam satu tahun biasanya ada 10 bulan produksi, karena Januari dan Desember disibukkan oleh parayaan Natal dan Tahun Baru.
Kini dengan dua dari 10 bulan masuk dalam waktu “pemutus sirkuit”, kegiatan produktif menjadi hanya dua pertiga tahun, jelas dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.