Regional

Puluhan tentara junta Myanmar tewas dalam pertempuran di wilayah etnis Karenni

Pasukan etnis Karenni yang anti-kudeta memperkirakan sedikitnya 70 tentara junta tewas pada 12 Juli-31 Agustus, tetapi mengakui bahwa jumlah pastinya tidak diketahui

Devina Halim  | 03.09.2021 - Update : 04.09.2021
Puluhan tentara junta Myanmar tewas dalam pertempuran di wilayah etnis Karenni Ilustrasi tentara Mynamar (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Kelompok perlawanan lokal memperkirakan sedikitnya 70 tentara junta Myanmar tewas dalam pertempuran di wilayah etnis Karenni selama pertengahan Juli hingga akhir Agustus.

Terdapat 30 pertempuran selama 12 Juli-31 Agustus di daerah dengan populasi etnis Karenni yang besar yakni Negara Bagian Kayah (Kotapraja Bawlakhe, Hpruso, Demoso, Loikaw) dan Negara Bagian Shan Selatan (Kotapraja Pinlaung dan Pekhon).

Juru bicara Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) dan Angkatan Pertahanan Rakyat (PDF) Pekhon mengatakan jumlah korban tewas dari pihak junta dapat lebih tinggi.

“Ambil contoh pertempuran (Selasa) malam (di Loikaw). Kami dapat melihat mereka tertembak dan beberapa dari mereka jatuh hingga tewas, tetapi kami tidak dapat menghitung jumlah kematian secara pasti karena itu sangat sulit,” kata juru bicara KNDF seperti diberitakan Myanmar Now, Kamis.

Sementara, kelompok perlawanan lokal mengklaim terdapat satu anggota PDF dari Negara Bagian Shan Selatan yang tewas dan lainnya terluka selama periode tersebut.

Adapun junta belum merilis informasi apapun mengenai jumlah korban dari angkatan bersenjatanya selama pertempuran di Negara Bagian Kayah dan Shan Selatan.

Pertempuran sempat terhenti di wilayah etnis Karenni pada pertengahan kedua bulan Juni, akan tetapi kelompok lokal melanjutkan perlawanan terhadap militer pada awal Juli.

“Saya pikir mereka menyerang wilayah ini dalam upaya untuk merebut kendali atas wilayah KA (Karenni Army),” kata juru bicara KNDF.

Foto yang diunggah PDF di media sosial dan penduduk setempat menunjukkan pasukan junta menggunakan warga sipil sebagai pemandu, pengangkut barang, perisai, hingga dipaksa berjalan dengan tali selama pertempuran di Pekhon dan Pinlaung.

Myanmar diguncang kudeta sejak 1 Februari di mana militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.

Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.

Berdasarkan catatan kelompok sipil, Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), 1.043 orang tewas sejak kudeta militer Myanmar dan 6.132 orang masih ditahan hingga 2 September.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.