Regional

Peringkat paspor Myanmar terendah di ASEAN

Singapura menempati posisi tertinggi di ASEAN dan dunia

Muhammad Nazarudin Latief  | 03.10.2019 - Update : 03.10.2019
Peringkat paspor Myanmar terendah di ASEAN Ilustrasi: Paspor. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Paspor Myanmar menempati peringkat ke-95 dari 107 negara yang disurvei dan terendah di antara negara-negara ASEAN dalam Indeks Paspor Henley terbaru, terutama karena kurangnya kebebasan ekonomi.

Indeks ini disusun dari data International Air Transport Association atau Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) berdasarkan akses bebas visa dan visa on-arrival ke negara lain.

Jepang dan Singapura menempati tempat pertama dengan skor 190 dari nilai maksimum 227.

Myanmar mendapat skor 46 bersama Djibouti dan Nigeria.

Finlandia, Jerman, dan Korea Selatan tetap berada di posisi ke-2 dengan skor 188, sedangkan Denmark, Italia, dan Luksemburg berada di posisi ketiga dan mampu melakukan perjalanan ke 187 tujuan di seluruh dunia tanpa persyaratan visa sebelumnya.

Inggris dan AS berada di posisi ke-6 dengan skor 184 - posisi terendah yang pernah dimiliki kedua negara itu sejak 2010 dan penurunan terbesar dari peringkat pertama mereka pada 2014.

Di antara negara-negara ASEAN, Malaysia berada di peringkat ke-12 dengan skor 177 dan Brunei di peringkat 21 dengan skor 165.
Thailand di peringkat ke-65 dengan skor 77.

Indonesia berada di peringkat ke-73 dengan skor 70 ; Filipina di 77 dengan 65; Kamboja di peringkat 88 dengan 53; Vietnam di tempat ke-90 dengan 51; dan Laos di tempat ke-92 dengan 49. Myanmar, di tempat ke-95 secara global, tetap menjadi pemain termiskin di kawasan itu.

Pada 2014, peringkat Myanmar adalah 86 dengan akses bebas visa ke 42 negara. Walaupun skor resmi untuk 10 tahun yang lalu tidak tersedia, diperkirakan bahwa negara Myanmar hanya memiliki akses bebas visa ke sekitar 30 negara saja. Kini Myanmar menikmati akses bebas visa ke 46 negara.

Tetapi "kekuatan paspor" sekarang lebih dari sekadar negara yang bisa dimasuki tanpa visa, ujar Dominic Volek, kepala Henley & Partners Asia Tenggara.

"Ada korelasi kuat antara kebebasan visa dan hal lainnya seperti kebebasan bisnis dan investasi, independensi peradilan, kesehatan fiskal, dan hak properti," jelas dia.

Menurut data dari Henley Passport Index dan Index of Economic Freedom menunjukkan adanya korelasi positif antara kebebasan visa dan berbagai indikator kebebasan ekonomi, termasuk arus masuk investasi asing langsung, hak properti, beban pajak, dan kebebasan investasi.

Negara-negara, yang memiliki skor visa lebih tinggi juga menempati peringkat teratas dalam kebebasan ekonomi, terutama dalam investasi, keuangan, dan kebebasan bisnis.

"Salah satu contoh yang sangat mencolok dari korelasi positif ini adalah Singapura, yang menempati peringkat tertinggi di hampir semua indikator ekonomi dan memegang posisi teratas pada Henley Passport Index," kata mereka.

Dalam 14 tahun terakhir, terjadi pergeseran peringkat teratas yang sebelumnya dikuasai oleh negara Eropa dan Amerika Serikat, namun mulai 2018 digeser oleh negara-negara Asia.

Peringkat 10 teratas tetap relatif stabil sejak pembaruan terakhir pada Juli, tetapi ada beberapa perubahan nyata pada peringkat yang lebih rendah.
UAE telah melonjak lima tempat selama tiga bulan terakhir setelah mendapatkan akses bebas visa ke sejumlah negara Afrika, termasuk Afrika Selatan, dan sekarang berada di peringkat 15.

Suriah, Irak, dan Afghanistan berada di peringkat bawah, dengan skor bebas visa / on-arrival masing-masing hanya 29, 27, dan 25.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.