
Jakarta Raya
Dwi Nur Arry Andhika
JAKARTA
Malaysia membuka kembali penyelidikan kuburan massal Rohingya dan kuburan warga Bangladesh yang menjadi korban perdagangan orang di hutan sepanjang perbatasan Thailand pada 2015.
Penyelidikan itu dilakukan karena masyarakat tidak puas dengan penyelidikan sebelumnya, ujar menteri dalam negeri sebagaimana dikutip dari Radio Free Asia.
Pada Selasa, Menteri Dalam Negeri Muhyiddin Yassin memperkenalkan tujuh anggota baru Royal Commission of Inquiry (RCI) yang melakukan penyelidikan penemuan kuburan massal dan kamp perdagangan manusia di Wang Kelian, di sebelah utara negara bagian Perlis.
Pemerintah baru yang mulai menjabat pada Mei lalu, melakukan penyelidikan di tingkat yang paling tinggi, hingga di masa yang akan datang, “tidak ada yang mengatakan kalau mereka tidak puas dan mempertanyakan komitmen Malaysia kepada hak asasi manusia,” ujar Muhyiddin, mengacu pada komisi.
“Jadi, meskipun ini terbilang terlambat, tidak ada kata terlambat untuk mencapai inti dari permasalahan ini.”
Merespon pertanyaan dari BenarNews mengenai apakah royal inquiry akan fokus pada keluhan tentang dugaan yang ditutupi pada investigasi sebelumnya, dia mengatakan, “Kami akan bekerja dengan menggunakan berbagai sudut pandang terkait penemuan kuburan massal.
Komisi akan dipimpin oleh Arifin Zakaria dan mantan Inspektur Jenderal Polisi Norian Mai.
Anggota lainnya adalah Kepala Komisi Hak Asasi Manusia Malaysia (Suhakam) Razali Ismail; mantan Kepala Jaksa Agung Noorbahri Baharuddin; Junaidah Abdul Rahman, mantan kepala peneliti di Kejaksaan Agung: mantan Duta Besar Malaysia untuk Thailand Nazirah Hussin; dan Tan Seng Giaw, mantan deputi kepala “Public Accounts Committee”.
Anggota komisi akan membuat jadwal untuk penyelidikan dan membuat daftar pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk ditanyakan.
Mereka diberi waktu enam bulan untuk melakukan investigasi dan mengirim laporannya kepada raja.
Selama konferensi pers pada Selasa, Muhyiddin mengatakan kuburan massal telah menarik perhatian dunia karena beberapa negara terlibat.
“Korbannya adalah Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh, Malaysia dan Thailand menjadi titik transit,” ujar dia.
Ada 139 makam
Pada akhir Mei 2015, polisi Malaysia mengungkapan bahwa mereka telah menggali 106 mayat dari 139 kuburan di kamp-kamp penyelundupan manusia dekat Wang Kelian.
Beberapa pejabat menangkap 12 polisi bersama dengan beberapa warga negara asing segera seteah penemuan.
Pada 2017, Ahmad Zahidi Hamidi menyampaikan kepada wartawan bahwa polisi yang ditahan telah dibebaskan karena bukti yang lemah. Empat warga negara asing –dua warga Myanmar, seorang warga Bangladesh dan seorang warga Thailand- ditahan atas vonis perdagangan manusia dan masih dipenjara.
Pada Mei 2015, pejabat Thailand mengumumkan kuburan serupa orang Rohingya dan Bangladesh yang telah diperdagangkan ditemukan di kamp yang terbengkalai di hutan sisi mereka pada perbatasan.
Sejak itu, pemerintah Thailand telah menyidangkan 102 orang yang berhubungan dengan kuburan dan menghukum 62 orang, termasuk mantan jenderal bintang tiga.
Muhyiddin mengatakan dia peduli dengan perhatian masyarakat kepada kuburan massal, menunjukkan koalisi pemerintah Pakatan Harapan berkomitmen untuk menemukan kebenaran melalui transparansi dan investigasi yang adil.
“Dalam tingkat Regional, Malaysia menjadi negara terdepan untuk menangkal isu perdagangan manusia,” ujar dia. “Sebagai negara terdepan yang memberantas isu ini, tindakan Malaysia yang membentuk RCI membuktikkan determinasi pemerintah untuk menyelesaikan isu yang berkaitan dengan tindakan yang tidak manusiawi.”
Sebagai tambahan untuk penyelidikan, tugas RCI adalah untuk menentukan bagaimana kuburan massal mempengaruhi citra Malaysia di panggung global yang melibatkan catatan hak asasi manusianya dan hubungan bilateral Malaysia, ujar dia.