Olahraga, Budaya

Pencak silat, dari Indonesia untuk dunia

Pencak silat tidak hanya mengajarkan menendang dan memukul tapi juga belajar etika, tata krama dan nilai-nilai luhur

Muhammad Nazarudın Latıef  | 10.01.2020 - Update : 15.01.2020
Pencak silat, dari Indonesia untuk dunia Pesilat memeragakan jurus saat berlatih di Pantai Marina, Lampung, Indonesia pada 2 Januari 2020. Pencak Silat merupakan bela diri tradisional asal Indonesia yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage)oleh UNESCO pada Desember 2019. (Muhammad Nazarudın Latıef - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

BANDAR LAMPUNG

Indonesia berhasrat menjadi “tuan rumah” pencak silat dunia, setelah seni bela diri itu mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya tak berwujud (intangible cultural heritage). 

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan pemerintah bersama komunitas yang mengusulkan pengakuan UNESCO itu akan menggelar festival internasional.

“Sudah dibicarakan untuk mengadakan kegiatan sekitar pencak silat di Indonesia yang sifatnya internasional,” ujar dia pada Anadolu Agency, awal Januari lalu.

Setelah ditetapkan menjadi warisan dunia, pemerintah berusaha agar pencak silat lebih dikenal oleh masyarakat dan mendapat porsi lebih besar, terutama di sekolah-sekolah.

“Jika kemudian ini berkembang orang yang mendalami mempelajari pencak silat juga bertambah, tentu dengan sendirinya program bisa berubah,” ujar dia.

Kekayaan aliran, ragam gerakan dan variasi jurus membuat Indonesia menjadi kiblat pencak silat di dunia.

Indonesia mengusulkan bela diri ini sebagai warisan dunia sejak 2017. Baru kemudian pada sidang ke-14 di Bogota, Kolombia, UNESCO menetapkan pencak silat dalam daftar bergengsi warisan budaya.

Masyarakat Indonesia menyambut baik penetapan ini. Antusiasme dan kebanggaan terhadap pencak silat semakin tinggi.

Sebelumnya ada juga beberapa pesilat yang masuk sebagai bintang film buatan Hollywood, seperti Yayan Ruhiyan dan Iko Uwais.

Edhie Rusmawan, seorang guru silat di Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia (SMI), mengatakan masing-masing perguruan mempunyai kewajiban mengembangkan pencak silat dan juga melestarikannya secara utuh.

“Bukan hanya mengajarkan menendang dan memukul tapi juga belajar etika, tata krama dan tidak terlepas dari nilai-nilai luhur,” ujar dia pada Anadolu Agency, di Lampung.

Dia juga berharap pemerintah bisa menyebarkan dan memberikan informasi seputar pencak silat pada dunia internasional secara lebih spesifik.

Pemerintah menurut dia bisa memberikan bantuan pada negara-negara yang ingin mengembangkan pencak silat, seperti mendatangkan pelatih memfasilitasi seminar dan kegiatan lain.

“Banyak negara yang menginginkan silat masuk,” ujar dia.

Salah satu impian para pesilat adalah membawa olahraga ini ke Olimpiade, ujar Edhie.

Jalan ke arah itu cukup terbuka. Setidaknya pencak silat sudah menunjukkan pesonanya di ajang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.

Budaya asli Indonesia

Pencak silat menurut Hilmar adalah bentuk respons masyarakat terhadap konflik ketegangan dan ancaman pada dirinya.

Pencak silat di Indonesia diawali dari tradisi pencak di Jawa Barat dan silat di Sumatera Barat yang sama-sama dekat dengan tarian, bunyi dan ritual setempat.

Jika ditarik lebih jauh lagi, terlihat ada pengaruh seni bela diri dari daratan Asia.

Kemudian pada 1940, keduanya digabung menjadi pencak silat, ini menandai bergabungnya dua tradisi bela diri besar di Indonesia.

Setelah itu, silat berproses baik sebagai seni bela diri maupun olahraga.

Menurut Hilmar, pencak silat sudah sangat mapan dalam masyarakat Indonesia. Perguruan silat dengan mudah ditemui bahkan hingga tingkat kabupaten.

Selain itu kontennya juga sudah sangat beragam karena mendapat pengaruh dari budaya tarian setempat.

“Silat menjadi kebudayaan yang sangat kaya. Dari sisi ragam sampai konten,” ujar dia.

Sekretaris Umum IPSI Erizal Chaniago mengatakan pencak silat mempunyai empat aspek. Pertama adalah aspek mental spiritual, karena itu setiap perguruan silat mengajarkan etika hubungan murid dan guru, guru dan leluhur hingga ke murid-murid.

Aspek berikutnya adalah bela diri, seperti teknik kuncian, pukulan, tendangan, menghindar dan menyerang.

“Unsur ketiga adalah seni. Bela diri tadi dikemas dalam bentuk kesenian. Di sinilah kekuatan kebudayaan.”

“Pencak silat dikaitkan dengan budaya setempat, dengan pakaian, senjata, musik ada kendang, suling.”

“Aspek keempat adalah olahraga. Inilah yang dipertandingkan.”

Sedangkan menurut Edhie, salah satu keunikan pencak silat adalah menamai jurus dengan nama binatang. Seperti jurus harimau atau pamacan, cakar elang, atau ikan terbang.

Menurut dia Ini terjadi karena interaksi para leluhur dengan alam.

“Nenek moyang kita memperagakan jurus tertentu karena melihat ada unsur (gerakan) binatang, misalnya melihat perkelahian antar-binatang (kemudian berpikir) gerakan ini bisa diperagakan,” ujar dia.

Anadolu Agency mengunjungi tempat latihan perguruan SMI di Kalianda, Provinsi Lampung. Terlihat antusiasme para murid dengan rentang usia 19-25 tahun mempelajari seni bela diri ini.

Mereka memperagakan jurus berulang-ulang agar tepat sesuai tuntutan dengan bimbingan para guru.

Menurut Edhie, pencak silat mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai daerah. Olah raga ini booming setelah dipertandingkan dalam Asian Games, mendorong lebih banyak anak muda untuk mempelajari silat dengan harapan bisa berprestasi dalam gelanggang olah raga.

Penuh filosofi

Bagi Hilmar sebagai ilmu bela diri, level tertinggi dari silat adalah pengendalian diri atau membentuk kepribadian sembari menempa fisik dan mental.

Pencak silat, menurut dia mempunyai filosofi yang setara dengan gerakan-gerakan yoga.

“Sering dibilang bahwa ilmu yang sangat tinggi, itu dalam pencak silat itu bahkan sudah tidak perlu beradu fisik. Karena kemampuannya dalam negosiasi lawan itu jauh lebih penting dibanding kemampuan fisiknya,” ujar Hilmar.

Bela diri ini, menurut Hilmar, sangat cocok untuk masyarakat Indonesia.

“Saya pernah bilang kalau semua anak diwajibkan belajar pencak silat, bukan hanya secara fisik maka Indonesia ini akan damai karena kemampuan untuk mengendalikan diri ini mencapai level yang sangat tinggi,” ujar dia.

Sebagai pesilat, Edhie juga merasakan manfaat mempelajari pencak silat.

"Kita diajari untuk bersifat kesatria, memegang teguh kejujuran. Saya kini sebagai wasit dan juri ditekankan untuk menjadi wasit yang jujur, fair," ujar dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın