Nasional

Video kekerasan terhadap remaja beredar luas, ketua RW benarkan peristiwa

Amnesty Internasional dan Komnas HAM mengirim tim untuk menyelidiki kasus ini

Nicky Aulia Widadio, Erric Permana, İqbal Musyaffa, Muhammad Nazarudin Latief, Umar İdris  | 25.05.2019 - Update : 26.05.2019
Video kekerasan terhadap remaja beredar luas, ketua RW benarkan peristiwa Penampakan Masjid Al Huda dekat lokasi kejadian tindak kekerasan polisi di Kampung Bali, Tanah Abang Jakarta Pusat pada 24 Mei 2019. (Iqbal Musyaffa - Anadolu Agency)

Jakarta Raya


Tim AA Indonesia

JAKARTA

Video kekerasan oleh aparat kepolisian terhadap seorang anak remaja beredar luas di media sosial dan menjadi bahan percakapan masyarakat. 

Dari penelusuran Anadolu, peristiwa ini terjadi tak jauh dari gedung Bawaslu, tepatnya persis di belakang gedung Jaya, MH Thamrin. 

Lokasinya berada di RW 10, di kawasan bernama Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di situlah berada lahan kosong yang sebagian lahannya difungsikan sebagai tempat parkir. Di bagian kecil lahan itu berdiri Masjid Al Huda.

Saat Anadolu Agency menyambangi lokasi, pada Jumat sore, beberapa orang masih membicarakan video kekerasan ini dan mengambil foto ke arah lahan kosong dan Masjid Al Huda yang ada di area lahan itu. 

Sebelumnya di media sosial, video ini dikabarkan terjadi di Thailand bagian selatan, bukan di Indonesia. 

Kekerasan itu terjadi masih dalam rangkaian demonstrasi 21-22 Mei. Hingga saat ini video tersebut masih memantik pergunjingan di kalangan masyarakat. 

Ketua RW 10 Olan Rahadian kepada Anadolu Agency menjelaskan, peristiwa kekerasan itu terjadi pada Kamis 23 Mei, pagi hari sekitar pukul tujuh.

Saat itu aparat kepolisian berbaju biru gelap melakukan sweeping untuk menangkap para peserta demo yang diduga masih bersembunyi di kawasan itu. 

“Korban anak remaja itu bukan orang sini, tapi katanya warga Duri Kepa Kebon Jeruk. Saya juga tidak tahu sampai akhirnya video itu viral dan saya memastikan kejadian itu benar di wilayah saya,” kata Olan Rahadian, kepada Anadolu Agency, Jumat sore. 

Sehari-hari anak remaja usia 15 tahun yang diduga menjadi korban pengeroyokan dan kekerasan aparat itu adalah adik petugas parkir di area parkir samping Masjid Al Huda.

”Kakaknya kerja di situ dan adiknya juga ikut bantu-bantu kakaknya,” tutur Olan. 

Saat aparat kepolisian melakukan sweeping di Kampung Bali, Olan berusaha mendatangi lokasi sekaligus mau melihat kondisi masjid. 

“Karena di situ ada marbot kita, muazin, jangan sampai ikut dibawa, tapi saya disetop oleh rekan-rekan TNI,” kata Olan. 

Keberadaan pasukan TNI di situ juga untuk mengawasi lokasi, khusus area gedung dan komplek perkantoran, demikian kata Olan. 

Olan mencatat, ada warga lain menjadi korban. Satu korban yang sedang tidur di pos hansip dan memakai odol di bawah matanya ikut dipukul karena dikira peserta aksi, dan satu orang pengurus kelurahan yang mengalami retak di kepalanya. 

“Lurah saya hampir ikut dibawa, tapi dia bilang saya lurah, jadi batal diangkut, padahal tangannya sudah dipegang,” tutur Olan. 

Sebelumnya pada Rabu dan Kamis dinihari 22-23 Mei, masih terjadi aksi demonstrasi di sekitar jalan Wahid Hasyim yang dekat dengan gedung Bawaslu. 

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengaku masih menyelidiki video yang menunjukkan sejumlah pasukan Brimob memukuli seorang remaja.

“Belum terklarifikasi dan terkonfirmasi, sedang didalami oleh Direktorat Siber Bareskrim,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Jakarta, Jumat. 

Saat Anadolu kembali mengkonfirmasi, setelah mendapatkan keterangan Ketua RW Olan Rahadian, Dedi masih enggan mengklarifikasi kabar meninggalnya remaja tersebut.

“(Kabar itu) belum bisa dikonfirmasi dan diklarifikasi,” ujar Dedi. 

Polisi diminta hormati HAM

Amnesty International meminta polisi untuk menghormati kaidah-kaidah hukum hak asasi manusia saat bertugas.

“Kaidah ini tidak boleh dilupakan. Sayangnya, masih ada tindakan yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan hak dan martabat manusia, termasuk dengan terjadinya peristiwa penganiayaan terhadap seorang remaja dalam sebuah video yang viral tersebut,” kata Usman Hamid, Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia, dalam keterangan tertulis kepada Anadolu Agency, Sabtu pagi.

Usman mengatakan, memang asrama polisi telah diserang oleh sekelompok orang, tetapi respons kepolisian terhadap serangan tetap harus proporsional. 

“Kami sudah meminta tim kami untuk datang ke keluarga korban,” kata Usman. 

Adapun Komnas HAM mengatakan tengah menyelidiki kasus ini. 

“Kami sedang verifikasi kebenaran dan relevansinya dengan peristiwa tanggal 21 dan 22 Mei kemarin,” kata Beka Ulung Hapsara, komisioner Komnas HAM, kepada Anadolu, Jumat. 



Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.