Siasati pandemi Covid-19, sekolah di Jakarta buat program belajar 'drive-in'
Dalam konsep 'drive-in learning' (DRIL), anak-anak belajar dari bagasi mobil masing-masing

Jakarta Raya
JAKARTA
Suara riuh anak-anak terdengar di parkiran Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
Area parkir ini sengaja disewa oleh Nizamia Andalusia School untuk kegiatan belajar tatap muka.
Selain luas, area parkir ini juga dipilih karena jaraknya terhitung dekat dari sekolah.
Sejak 1 Februari lalu, Nizamia menerapkan konsep drive-in learning (DRIL). Dalam konsep ini anak-anak belajar dari bagasi mobil masing-masing, umumnya mobil jenis sport utility vehichle (SUV).
Diadakan dua kali dalam sebulan, program DRIL memiliki tiga sesi belajar yang dimulai pukul 08:00 hingga 12:00 WIB. Setiap sesi berdurasi satu jam dengan tiga mata pelajaran.
Konsep utama belajar drive-in mengusung kegiatan pembelajaran di ruang terbuka. Dengan menerapkan protokol kesehatan, tiga area parkir digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Dalam setiap area parkir, terdapat 11 mobil, masing-masing berisi satu siswa dan tiga orang pengajar.
Orang tua bebas menentukan untuk anak-anaknya antara mengikuti metode ini atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Bukan tanpa sebab
Direktur Pendidikan Nizamia Andalusia School, Zahra Fajardini mengatakan dinas pendidikan DKI pada Januari lalu mengeluarkan imbauan untuk setiap sekolah mulai melakukan pembelajaran campuran atau blended learning. Pemerintah meminta setiap sekolah harus memberikan pendidikan secara tatap muka dan online.
Sekolah khusus muslim ini akhirnya memutar otak untuk membuat program belajar tatap muka yang relatif aman dari penyebaran Covid-19.
Akhirnya sekolah dan orang tua sepakat untuk mencoba menerapkan program ini. Pada awalnya para orang tua sempat khawatir membawa anak-anaknya belajar tatap muka meski di luar ruangan. Namun semakin lama sekolah menerima respons yang positif.
“Awalnya tidak sampe 50 persen yang berkenan ikut, tapi sekarang sudah 90 persen berkenan,” kata Pengurus Yayasan Nizamia Andalusia, Muhamad Nasir saat ditemui Anadolu Agency, Kamis.
Tak hanya itu, menurut Zahra, sekolah Nizamia yang berisi murid tingkat taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) ini masih perlu diberi stimulus melalui pembelajaran tatap muka. Dia menilai, pembelajaran online kurang cocok untuk anak-anak.
“Pembelajaran zoom itu memang lebih cocok bagi pembelajar dewasa, kalau untuk anak-anak sulit,” kata dia saat ditemui Anadolu Agency.
Selain itu, menurut dia, program DRIL juga menjadi ajang untuk membangun interaksi langsung antara murid, orang tua, dan pengajar.
Apalagi kata Zahra, program ini dinilai efektif dalam kegiatan belajar mengajar sebab fokus kepada individu anak.
“Satu kali sesi DRIL kan hanya 11 mobil, 11 anak, jadi guru fokus ke individu,” jelas dia.
Program pembelajaran tatap muka di mobil masing-masing disambut baik oleh orang tua murid. Setidaknya bagi Della Sabrina, dia setuju program ini berjalan efektif dalam kegiatan belajar mengajar.
“Karena yang datang enggak semua murid, jadi anak diajarin langsung sehingga lebih paham,” ungkap dia saat ditemui langsung Anadolu Agency.
Tapi menurut dia program ini juga ada kurangnya, durasi satu jam untuk tiga mata pelajaran dia nilai terlalu cepat.
“Dibuat satu jam itu ada tiga pelajaran jadinya cuma sedikit materinya,” keluh dia.
Anak sulit belajar online
Della sempat geram kepada putrinya, Rakana Hakim, karena kedapatan tengah membuka permainan saat sekolah online.
“Sebenarnya guru-guru juga tahu aanak-anak buka game karena tiba-tiba mukanya jadi terang,” lanjut dia sembari tertawa.
Sulitnya belajar online memang dirasakan oleh guru-guru Nizamia apalagi saat pelajaran yang butuh metode khusus seperti olahraga dan musik.
Nasir juga mengatakan sekolah menemukan adanya penurunan kemampuan siswa selama melakukan belajar online.
“Ditemukan beberapa penurunan karena sekolah dari toddler, TK, SD, dan SMP yang masih senang interaksi langsung,” kata dia.
Metode belajar drive-in, jadi salah satu upaya untuk siasati pandemi Covid-19. Apalagi sekolah tatap muka sudah mulai kembali dibuka. Adaptasi akhirnya harus dilakukan di tengah pandemi.
Pengamatan Anadolu, sayangnya, metode drive-in hanya bisa diikuti oleh kalangan tertentu, yakni keluarga siswa yang memiliki mobil.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov DKI) resmi melakukan uji coba belajar tatap muka mulai, Rabu dan akan berlangsung hingga 29 April 2021.
Uji coba tatap muka dilakukan oleh 85 sekolah yang sudah lolos penilaian Dinas Pendidikan DKI Jakarta, baik dari sisi kesiapan sarana prasarana protokol kesehatan sekolah maupun kesehatan guru dan tenaga pendidik.
Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta menyatakan telah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menyiapkan rencana pembelajaran tersebut guna menjamin kesehatan dan keselamatan peserta didik.
Dalam uji coba tatap muka, orang tua memiliki hak penuh untuk memilih apakah anaknya tetap belajar dari rumah (BDR) atau memulai blended learning (perpaduan tatap muka dan pembelajaran daring).
Hal tersebut seusai dengan arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam SKB Empat Menteri tentang panduan pembelajaran tatap muka berapa waktu lalu.