Risma klaim tren kasus Covid-19 di Surabaya menurun
Berdasarkan data yang tercantum dalam situs resmi Pemerintah Kota Surabaya, ada 4.628 kasus positif Covid-19 yang telah dikonfirmasi hingga Senin

Jakarta Raya
JAKARTA
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengklaim tren penularan kasus Covid-19 di ibu kota Jawa Timur tersebut telah menurun.
Meski demikian, Risma menuturkan akan terus menggelar tes cepat (rapid test) massal di tengah masyarakat.
“Sebenarnya kalau kita lihat trennya turun. Kemarin 300, 200 (kasus baru positif di Jawa Timur) itu trennya turun,” kata Risma dalam dialog di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Selasa.
Menurut dia, tren penurunan kasus salah satunya dipengaruhi oleh pengawasan di ruang publik dan ancaman sanksi bila terjadi pelanggaran kebijakan.
"Pasar, mal, restoran dan fasilitas umum lainnya, ada satgas untuk terus mematuhi protokol kesehatan, jika terdapat satu kasus positif akan diberikan sanksi berupa pencabutan ijin atau ditutup sementara," ujar Risma.
Berdasarkan data yang tercantum dalam situs resmi Pemerintah Kota Surabaya, ada 4.628 kasus positif Covid-19 yang telah dikonfirmasi hingga Senin.
Sebanyak 2.678 kasus masih aktif karena pasien masih menjalani perawatan. Sementara itu, 1.595 orang telah sembuh dan 355 pasien meninggal.
Namun, kurva penambahan kasus harian di Surabaya selama sepekan terakhir menunjukkan tren yang belum konsisten.
Pada 21 Juni Surabaya mencatat 56 kasus baru, sedangkan pada 20 Juni ada 105 kasus baru, kemudian pada 19 Juni ada 84 kasus baru Covid-19.
Sebelumnya, pada 18 Juni Surabaya mengonfirmasi 121 kasus baru setelah pada 17 Juni hanya ada 81 kasus baru dan 62 kasus pada 16 Juni.
Data juga menunjukkan bahwa hampir setengah kasus Covid-19 di Jawa Timur berada di Surabaya.
Jawa Timur sejauh ini telah mengonfirmasi 9.857 kasus dan menjadi provinsi dengan total kasus terbanyak kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta.
Risma mengatakan pelaksanaan tes cepat massal saat ini dilakukan per komunitas untuk memindai potensi kasus positif di tengah masyarakat.
“Di kawasan sekitar rumah sakit ada kecenderungan pedagang restoran atau yang lainnya itu ada yang positif, sehingga satu jalan kita rapid test,” kata dia.
Tes cepat juga dilaksanakan di pasar, hotel, hingga perkampungan warga.
Risma juga mengklaim bahwa Surabaya tidak kekurangan fasilitas tempat tidur untuk penanganan Covid-19.
Rumah Sakit Lapangan yang dibangun secara darurat untuk penanganan Covid-19 saat ini masih tersisa 10 tempat tidur dari total kapasitas sebanyak 100 tempat tidur.
Menurut Risma, RS Lapangan ditujukan untuk menangani warga non-Surabaya yang membutuhkan perawatan akibat Covid-19.
Sedangkan warga ber-KTP Surabaya akan dirawat di rumah sakit dengan biaya tanggungan pemerintah yang berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).
Risma menuturkan masih ada 200 tempat tidur yang disiapkan untuk situasi darurat namun sampai saat ini belum terisi.
Di tengah situasi penularan Covid-19 Surabaya, Risma meminta masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan baik di rumah maupun di tempat umum.
Surabaya sebelumnya sempat menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), namun kemudian masuk ke masa transisi sejak 9 Juni 2020.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.