Nasional

Prabowo minta TNI-Polri tak gunakan kekerasan hadapi demonstran Bawaslu

Sementara Wiranto mengatakan ada pihak yang memutarbalikkan fakta dengan menuduh aparat sebagai penembak korban

Hayati Nupus  | 22.05.2019 - Update : 23.05.2019
Prabowo minta TNI-Polri tak gunakan kekerasan hadapi demonstran Bawaslu Calon presiden Prabowo Subianto berorasi di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) setelah mendaftarkan diri sebagai peserta Pilpres 10 Agustus 2018. (Firdaus Wajidi - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Hayati Nupus

JAKARTA 

Kandidat calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto meminta agar TNI dan Polri tidak menggunakan kekerasan dalam menindak peserta aksi demonstrasi yang menolak hasil penghitungan pemilu oleh KPU.

Prabowo mengatakan seragam dan senjata yang digunakan oleh TNI dan polisi dibeli menggunakan uang rakyat.

“Kami mohon janganlah sekali-kali menyakiti hati rakyat, apalagi memukul dan menembak rakyat,” ujar Prabowo, Rabu, di Kertanegara, Jakarta.

Sebaiknya, lanjut Prabowo, TNI dan Polri berlaku sopan dan tidak menggunakan kekerasan, demi bangsa serta negara.

Prabowo meminta agar peristiwa kekerasan yang terjadi pada Selasa malam dan Rabu pagi tak berulang karena mencoreng martabat dan marwah bangsa Indonesia.

“Bila hal ini sampai terjadi lagi, kami sangat khawatir rajutan dan anyaman kebangsaan kita bisa rusak dan sangat sulit untuk kita rangkai kembali,” ujar Prabowo.

Sementara itu Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan ada pihak yang memutarbalikkan fakta dengan menuduh aparat sebagai penembak korban.

Padahal mereka hanya menggunakan perisai dan pentungan dalam merespon aksi massa.

“Bukan senjata api, tidak mungkin [polisi] membunuh rakyat dalam aksi demo,” kata Wiranto dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta pada Rabu.

Korban berjatuhan saat para perusuh menyerang asrama, kantor polisi dan membakar mobil, ujar Wiranto.

“Penyerang itu adalah pihak ketiga, mereka preman bertato, mereka dibayar,” kata Wiranto.

Hasil investigasi, ujar Wiranto, ada pihak yang sengaja membuat kekacauan demi membangun antipati kepada pemerintah yang sah.

“Membangun kebencian bagi pemerintah yang sedang berupaya membangun kesejahteraan,” jelas dia.

Ratusan massa menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung Bawaslu yang menolak hasil penghitungan pemilu oleh KPU pada Selasa.

Semula aksi demonstrasi pada Selasa itu berjalan damai dan massa membubarkan diri sekitar pukul 21.30.

Namun pada pukul 23, massa lain tiba-tiba datang, memprovokasi dan merusak kawat berduri.

Bentrokan juga terjadi di sejumlah titik lain seperti di Jalan Wahid Hasyim dan Asrama Brimob Petamburan, Jakarta Barat serta Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Massa melempari polisi dengan batu dan bom molotov, kemudian menyerang Asrama Brimob Petamburan, serta membakar sejumlah mobil.

Aksi rusuh itu menewaskan enam orang dan melukai sekitar 200 orang lainnya, termasuk anggota kepolisian.

Hari ini, massa demonstrasi dengan jumlah lebih banyak kembali memadati jalanan di depan Gedung Bawaslu.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.