Nasional

Penyuntikan ‘booster’ Moderna pada tenaga kesehatan akan beri perlindungan lebih baik

Menggabungkan vaksin dengan platform berbeda telah dilakukan di sejumlah negara dan berpotensi memberikan daya lindung yang baik

Nicky Aulia Widadio  | 14.07.2021 - Update : 16.07.2021
Penyuntikan ‘booster’ Moderna pada tenaga kesehatan akan beri perlindungan lebih baik Vaksin Moderna (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Pakar meyakini kebijakan Indonesia untuk menyuntikkan dosis ketiga vaksin Covid-19 kepada tenaga kesehatan dapat memberi perlindungan yang lebih maksimal di tengah lonjakan kasus akibat varian Delta.

Kementerian Kesehatan berencana memulai penyuntikan ‘booster’ terhadap tenaga kesehatan menggunakan vaksin buatan Amerika Serikat, Moderna, pada pekan ini.

Sebelumnya, tenaga kesehatan di Indonesia telah disuntik menggunakan dua dosis vaksin Sinovac buatan China sejak Januari 2021.

Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Vaksinasi (Komnas KIPI) sekaligus anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) Hindra Irawan mengatakan metode menggabungkan vaksin dengan platform berbeda telah dilakukan di sejumlah negara dan berpotensi memberikan daya lindung yang baik.

Sebuah studi di Inggris menunjukkan bahwa penggabungan antara vaksin Pfizer yang dikembangkan dengan metode mRNA dan AstraZeneca yang dikembangkan dengan metode Adenovirus ternyata memberi perlindungan yang baik bagi tubuh.

Vaksin dengan metode mRNA bekerja dengan cara memancing sel tubuh untuk membuat protein dari virus corona. Protein inilah yang memicu respons imun dan membentuk antibodi.

Sementara itu, Uni Emirat Arab yang telah menyuntikkan dua dosis vaksin Sinopharm kepada penduduknya, juga menawarkan penyuntikan ‘booster’ menggunakan vaksin Pfizer.

Vaksin Sinopharm, yang juga merupakan vaksin buatan China dikembangkan dengan metode inaktivasi virus, sama seperti vaksin Sinovac.

Vaksin dengan metode inaktivasi ini dikembangkan dari virus yang telah dimatikan, kemudian disuntikkan kepada tubuh dan membantu membentuk antibodi terhadap virus korona.

“Penelitian di UK (Inggris) dan UEA itu menunjukkan penggabungan dua jenis vaksin ada daya lindungnya,” kata Hindra kepada Anadolu Agency, Rabu.

Meski demikian, Hindra menuturkan belum ada studi yang secara spesifik menggabungkan dua dosis vaksin Sinovac dengan satu dosis vaksin Moderna. Vaksin Moderna sendiri dikembangkan dengan platform mRNA seperti Pfizer.

Hindra melanjutkan, rekomendasi ITAGI salah satunya mengacu pada praktik yang dilakukan di UEA dengan menggabungkan vaksin jenis inaktivasi dengan vaksin jenis mRNA.

“Jadi ini serupa tapi tidak sama seperti Uni Emirat Arab. Sinopharm dan Sinovac sama-sama menggunakan platform inaktivasi kami anggap sama, Moderna dan Pfizer menggunakan platform mRNA dianggap sama,” jelas dia.

Penyuntikan booster dengan platform vaksin yang berbeda, kata dia, diharapkan dapat memperkuat antibodi terhadap Covid-19 pada tenaga kesehatan yang sebelumnya telah lebih dulu memiliki antibodi dari penyuntikan vaksin Sinovac.

Dia melanjutkan hal ini bukan berarti Sinovac tidak memberi perlindungan sama sekali, namun tenaga kesehatan membutuhkan perlindungan yang lebih karena berhadapan dengan risiko penularan yang sangat tinggi di tengah lonjakan kasus saat ini.

“Ini bukan berarti penyuntikan dua dosis Sinovac sebelum tidak berarti, tetap memberi perlindungan,” ujar Hindra.

Ketua Tim Uji Klinis Vaksinasi Covid-19 dari Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil mengatakan tenaga kesehatan membutuhkan ‘booster’ karena ada kemungkinan kadar antibodi yang mereka miliki telah mulai menurun.

Pasalnya, tenaga kesehatan menjadi kelompok pertama yang disuntik vaksin Sinovac sejak Januari 2021.

“Jadi pas sekali kalau mau disuntik ulang sekarang, memang kadar zat antinya menurut saya dalam 6 bulan setelah suntikan kedua sudah menurun, jadi memang harus diimunisasi lagi,” tutur Kusnandi kepada Anadolu Agency.

Vaksin Moderna, kata dia, juga terbukti efektif hingga 72 persen terhadap varian Delta yang kini tengah merebak di Indonesia, sedangkan Sinovac belum melakukan studi serupa terhadap varian ini.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengklaim bahwa penggabungan jenis vaksin Sinovac dan Moderna akan membuat tubuh lebih tahan terhadap varian Covid-19 yang ada.

Pemerintah juga mempertimbangkan munculnya kasus-kasus infeksi pada tenaga kesehatan, termasuk yang telah divaksin dua kali, di saat mereka sangat dibutuhkan di tengah lonjakan Covid-19 yang terjadi saat ini.

—Terbatas untuk tenaga kesehatan

Menkes Budi menegaskan kebijakan untuk memberikan dosis ketiga vaksin sejauh ini baru berlaku bagi tenaga kesehatan.

Pasalnya, belum seluruh penduduk Indonesia bahkan telah menerima suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 di tengah terbatasnya suplai vaksin di dunia.

“Ini sensitif sekali juga, dosisnya belum rakyat semua punya. Jadi kita ini hanya berikan untuk tenaga kesehatan dulu, supaya mereka bisa kita proteksi, agar mereka bisa lebih tahan menghadapi gelombang orang yang masuk ini,” kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI pada Selasa.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan dalam konteks perlindungan terhadap tenaga kesehatan, penyuntikan ‘booster’ amat penting terutama di tengah kecenderungan bahwa vaksin yang digunakan sebelumnya tidak terlalu efektif terhadap varian Delta.

“Mereka (tenaga kesehatan) harus dilindungi dengan ditambahkan ‘booster’ menggunakan vaksin yang menggunakan ‘messenger’ mRNA seperti Moderna ini,” ujar Dicky kepada Anadolu Agency.

Dia mengatakan kebijakan pemerintah untuk memberi dosis ketiga ini sudah tepat sepanjang diberlakukan secara terbatas kepada tenaga kesehatan.

“Kita tidak akan bisa melindungi tenaga kesehatan kalau tidak memberi ‘booster’ yang efektif terhadap varian Delta,” tutur Dicky.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.