Nasional

Masalah polusi udara memperburuk penyebaran Covid-19

Polusi udara menyebabkan orang-orang yang terpapar Covid-19 dan telah memiliki latar belakang penyakit seperti diabetes, penyakit paru-paru, asma, penyakit jantung, dan kanker, akan lebih rentan bahkan cenderung mematikan

Iqbal Musyaffa  | 27.04.2020 - Update : 28.04.2020
Masalah polusi udara memperburuk penyebaran Covid-19 Ilustrasi: Jalanan di sebuah kota yang diselimuti polusi asap ( Foto file - Anadolu Agency )

Jakarta Raya


JAKARTA 

Pengamat mengatakan paparan polusi udara di masa lalu di seluruh dunia telah memperburuk dampak dari penyebaran Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini.

Kepala Analis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) Lauri Myllvirta mengatakan polusi udara menyebabkan orang-orang yang terpapar Covid-19 dan telah memiliki latar belakang penyakit seperti diabetes, penyakit paru-paru, asma, penyakit jantung, dan kanker, akan lebih rentan bahkan cenderung mematikan.

Kondisi kesehatan ini secara substansial meningkatkan risiko rawat inap dan kematian untuk pasien Covid-19.

“Artinya, sebanyak jutaan orang sudah menderita penyakit kronis dan cacat atau menjalani perawatan seperti kemoterapi karena paparan polusi udara di masa lalu, akan semakin rentan terhadap Covid-19,” ujar Lauri dalam keterangan resmi, Senin.

Dia mengatakan besar kemungkinan juga risiko tersebut dipengaruhi oleh infeksi sistem kekebalan tubuh seseorang yang menurun akibat paparan polusi udara, ataupun masalah pernapasan yang kemudian diperburuk oleh polusi udara.

Untuk kedua kasus ini para peneliti memang sudah menemukan bukti, namun belum secara khusus untuk Covid-19.

Dia mengatakan Covid-19 adalah penyakit baru dan masih banyak yang tidak pasti atau tidak diketahui, namun tingkat polusi udara yang tinggi memengaruhi pertahanan alami tubuh terhadap virus yang ditularkan melalui udara, dan membuat orang lebih mungkin tertular penyakit virus, yang juga berlaku untuk SARS-CoV-2.

“Dengan begitu, berarti kemungkinan paparan polusi udara berkontribusi terhadap penyebaran penyakit ini,” imbuh Lauri.

Lauri menambahkan paparan polusi udara adalah faktor risiko utama bagi banyak penyakit kronis yang membuat orang lebih mungkin sakit parah, memerlukan perawatan intensif, ventilator, hingga meninggal akibat Covid-19.

“Berbagai penelitian ilmiah yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar dari penyakit seperti pernapasan kronis, penyakit jantung, asma, dan diabetes di seluruh dunia disebabkan oleh polusi udara,” kata dia.

Oleh karena itu, Lauri menambahkan bahwa paparan polusi udara di masa lalu berkontribusi pada jumlah kematian sekarang dan memicu tekanan yang besar pada sistem kesehatan untuk menghadapi penyakit saat ini.

Dia mengatakan untuk beberapa masalah infeksi pernapasan, paparan polusi udara pada orang yang terinfeksi dapat memperburuk gejala mereka dan meningkatkan risiko rawat inap hingga kematian, dan mungkin juga berlaku untuk pasien Covid-19, meski belum dikonfirmasi dengan penelitian khusus.

“Ini berarti bahwa tingkat polusi udara saat ini [yang tetap berbahaya di sebagian besar dunia dan meskipun terjadi penurunan yang disebabkan oleh langkah-langkah untuk mengendalikan virus] tetap berkontribusi pada jumlah kasus parah dan kematian akibat Covid-19,” terang Lauri.

Menurut dia, tingkat polusi udara saat ini berkontribusi terhadap penyakit, kebutuhan akan layanan dan perawatan kesehatan dari penyakit-penyakit lain, hingga menambah tekanan pada sistem perawatan kesehatan.

Lauri menambahkan polusi udara merupakan faktor risiko utama kematian akibat Infeksi Saluran Pernafasan Bawah.

Secara global, satu dari enam kematian yang terkait dengan infeksi ini disebabkan oleh polusi udara PM2.5, yang berjumlah sekitar 400ribu kematian per tahun.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.