
Jakarta Raya
JAKARTA
Perkantoran di DKI Jakarta kembali beroperasi mulai sejak Senin, setelah dua bulan melaksanakan kerja dari rumah akibat pandemi Covid-19.
Geliat pergerakan pekerja di ibu kota dan wilayah penyangga terlihat dari meningkatnya jumlah pengguna transportasi publik dan bertambah padatnya sejumlah ruas jalan seiring diterapkannya masa transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat jumlah pengguna KRL meningkat menjadi sekitar 287 ribu orang pada Senin.
Vice President Corporate Communication PT KCI Anne Purba mengatakan jumlah tersebut meningkat dibandingkan saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih berlaku penuh, yakni 180 ribu hingga 200 ribu penumpang per hari.
“Antrean pengguna terjadi di sejumlah stasiun yang menjadi lokasi pemberangkatan pengguna untuk jam sibuk sore hari misalnya Stasiun Tanah Abang, Stasiun Jakarta Kota, dan Stasiun Juanda,” kata Anne melalui keterangan pers, Senin malam.
Antrean tersebut terjadi lantaran PT KCI harus membatasi jumlah orang yang berada di dalam kereta hingga maksimal 74 orang per kereta.
Di sisi lain, Anne mengatakan nampaknya perusahaan yang kembali bekerja belum mengatur pembagian jam kerja secara optimal sehingga penumpang menumpuk di jam-jam tertentu.
“Seluruhnya masih diminta untuk masuk kerja pada jam 8 hingga jam 9 pagi, dan pulang kerja pada jam 4 atau jam 5 sore,” tutur Anne.
“Pengaturan jam kerja ini sangat penting terutama bagi mereka yang menggunakan transportasi publik pada masa PSBB transisi ini, karena pembatasan dari segi jam operasional maupun kapasitas pengguna masih berlaku,” lanjut dia.
Selain itu, sejumlah ruas jalan di ibu kota juga kembali dipadati kendaraan dimana sebagian pekerja memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum.
Kemacetan terlihat pada Senin sore di Jalan Gatot Subroto menuju Cawang, seiring berlakunya PSBB transisi.
Sementara itu, kebijakan ganjil-genap yang sebelumnya dilaksanakan untuk menekan angka kemacetan belum berlaku kembali.
Protokol kesehatan di kereta
Salah satu pekerja swasta di Jakarta, Iman Budianto, 26, kini harus membiasakan diri dengan protokol kesehatan saat menggunakan KRL.
Iman memilih transportasi umum karena lebih efisien untuk berangkat kerja dari tempat tinggalnya di Depok menuju kantornya di kawasan Jakarta Kota.
Pada Senin pagi, Iman cukup beruntung karena tidak ada antrean penumpang di Stasiun Depok Baru sekitar pukul 07.45 pagi.
“Dari stasiun enggak ada antrean, di peron juga enggak begitu ramai, tapi teman-teman saya cerita di stasiun lain ngantre untuk masuk peron,” kata Iman kepada Anadolu Agency.
Setiap penumpang wajib menggunakan masker, menjaga jarak, penumpang tidak boleh berdiri berhadapan dan bangku kereta telah diberi tanda untuk mengetahui mana yang boleh diduduki dan mana yang tidak.
Namun menurut Iman, tidak selalu mudah untuk menerapkan protokol kesehatan di KRL terutama saat jam pulang kerja.
Iman yang bekerja di sektor logistik tetap masuk kantor dua kali dalam satu minggu selama PSBB berlaku.
Menurut Iman, ketika PSBB berlaku dan pengguna masih lebih sedikit, protokol kesehatan lebih mudah diterapkan.
Pada jam pulang kerja Jumat lalu —yang merupakan hari pertama penerapan PSBB transisi— Iman mengatakan penumpang KRL lebih padat dibanding biasanya.
“Penumpang kereta yang berdiri tetap mepet dan susah untuk physical distancing,” lanjut dia.
Situasi ini membuat Iman cukup khawatir dengan potensi penularan Covid-19 saat berkomuter menggunakan KRL.
“Khawatir pasti, tapi mau bagaimana lagi. Kalau naik kendaraan pribadi enggak efektif,” ujar dia.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan pemerintah dan perusahaan perlu lebih intens mengatur aktivitas dan kegiatan di masa transisi ini.
Pengaturan kegiatan secara lebih intensif, kata dia, dapat mengurangi potensi masyarakat terekspos dalam kerumunan seperti di stasiun.
“Sektor yang menuntut pekerja harus datang ke tempat kerja, perlu diatur jadwal kerjanya sehingga bervariasi pergerakan orangnya, tidak menumpuk pada jam yang sama seperti masa sebelum pandemi,” kata Djoko kepada Anadolu Agency.
“Sumber permasalahan bukan di sektor transportasinya namun pada bagaimana pengaturan kegiatan manusianya,” lanjut Djoko.
Opsi lainnya, perusahaan bisa menyediakan kebutuhan angkutan untuk karyawannya agar protokol kesehatan seperti physical distancing bisa terpenuhi.
“Kerjas ama dengan perusahaan transportasi umum dapat membantu bisnis perusahaan transportasi umum yang sedang alami menuju titik nadir bisnisnya,” jelas dia.
Rapid test di kantor
Selain urusan transportasi, perusahaan juga telah menerapkan sejumlah penyesuaian protokol kesehatan untuk para pekerja yang harus datang ke kantor di masa transisi.
Salah satu karyawan swasta di Jakarta, Mercyella Daeng Kanang, 27, mengatakan harus menjalani tes cepat (rapid test) di halaman luar pada hari pertama kembali ke kantor.
Karyawan yang menunjukkan hasil negatif diizinkan untuk bekerja, sedangkan karyawan yang menunjukkan hasil reaktif diminta untuk karantina mandiri dan melanjutkan dengan tes usap (swab) dengan metode PCR.
“Masuk ke gedung kantor dicek hasil tesnya, sepatu mesti disemprot disinfektan, terus cek suhu juga,” kata Mercy kepada Anadolu Agency.
Selama masa transisi, perusahaan juga membagi jadwal kerja karyawan menjadi 50 persen di kantor dan 50 persen bekerja dari rumah secara bergantian sesuai anjuran pemerintah.
Ruangan di kantor disemprot disinfektan secara berkala, pengaturan meja dan lift dibuat untuk memudahkan jaga jarak, serta setiap orang wajib menggunakan masker.
Menurut Mercy, pengaturan seperti ini memudahkan karyawan untuk membiasakan diri dengan aturan jaga jarak.
Namun Mercy menuturkan masih ada perasaan khawatir terhadap potensi penularan Covid-19.
“Masih ngerasa was-was kalau ketemu orang, tapi saya jadinya rajin cuci tangan, bawa alat makan dan alat salat sendiri,” tutur dia.
Selain itu, Mercy memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk berangkat ke kantor untuk mengurangi potensi terekspos dengan kerumunan orang.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.