Nasional

Kedudukan muka air tanah di Jakarta mulai naik

Pengetatan izin pengambilan air tanah berdampak positif bagi laju penurunan permukaan tanah

Muhammad Nazarudin Latief  | 15.10.2019 - Update : 16.10.2019
Kedudukan muka air tanah di Jakarta mulai naik Warga beraktifitas di perkampungan mereka yang terendam banjir air laut (rob) di kawasan Muara Angke, Jakarta pada 4 Januari 2018. Banjir rob yang merendam kawasan Muara Angke itu disebabkan oleh fenomena Supermoon atau bulan besar yang puncaknya akan terjadi pada 31 Januari 2018. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Kedudukan muka air tanah di wilayah utara Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta mulai menunjukkan peningkatan, setelah pemerintah mengetatkan izin pengambilan air tanah dan penggunaannya.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan salah satu yang berhasil dinaikkan adalah permukaan tanah di kawasan Jakarta Industrial Estate Pulogadung.

Pada 2016 tercatat muka air tanah kawasan itu berada pada posisi -22,46 di bawah permukaan laut (m.dpl), namun tahun ini tercatat mengalami kenaikan muka air tanah hingga sebesar 2,45 meter.

“Posisi saat ini, muka air tanah pada kedalaman -20,01 m.dpl,” ujar Menteri Jonan, dalam siaran pers, Senin.

Jakarta terus menerus melakukan pengambilan air tanah dalam jumlah besar. Kini kebutuhan air bersih di kota ini mencapai 846 juta meter kubik per tahun, sedangkan layanan air PDAM Jakarta hanya mencapai sekitar 62 persen.

Untuk memenuhi kebutuhan air yang tidak bisa dipenuhi PDAM diambil dari air tanah, ujar Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar.

Akibat pengambilan air tanah berlebihan ini, Jakarta mengalami penurunan muka air tanah dan menyebabkan penurunan tanah (landsubsidence) serta intrusi air laut, terutama di wilayah utara Jakarta.

Data dari Kementerian ESDM, muka air tanah terdalam yang terekam pada 2013 di wilayah CAT Jakarta sekitar -40 meter m.dpl.

“Faktor lain penyebab penurunan permukaan tanah Jakarta antara lain kompaksi tanah secara alamiah, pembebanan akibat pembangunan, dan geotektonik,” ujar dia.

Pengetatan izin pengambilan air tanah, menurut Suhendar, membuat permukaan perubahan positif muka air tanah. Pada 2018, terpantau muka air tanah terendah pada CAT Jakarta utara pada level -35 m.dpl.

Sementara laju penurunan permukaan tanah tertinggi yang terukur oleh alat GPS Geodetik adalah 12 sentimeter per tahun di daerah Ancol wilayah Jakarta Utara.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.