Indonesia siapkan dua skenario penanganan Covid-19 pada 2022
Skenario pertama berdasar pada asumsi bahwa pandemi berubah status menjadi endemi, sedangkan skenario kedua berdasarkan asumsi apabila masih ada varian baru yang memicu lonjakan kasus

Jakarta Raya
JAKARTA
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan dua skenario terkait penanganan Covid-19 pada 2022 yang bergantung pada dua asumsi terkait penularan virus SARS-CoV-2 tersebut.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan skenario pertama berdasar pada asumsi apabila tidak ada varian baru virus yang muncul sehingga pandemi berubah status menjadi endemi, sedangkan skenario kedua berdasarkan asumsi apabila masih ada varian baru yang memicu lonjakan kasus.
“Kedua opsi ini sudah kami bicarakan dengan Kementerian Keuangan agar disiapkan anggarannya,” kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI pada Senin.
Dalam skenario pertama, Budi memperkirakan akan ada 1,9 juta kasus Covid-19 di Indonesia dalam setahun, sedangkan pada skenario kedua jumlah kasus dalam setahun bisa mencapai 3,9 juta akibat lonjakan kasus.
“Skenario ini akan memengaruhi penanganan pada tes, perawatan, serta isolasi pasien,” ujar Budi.
Dia melanjutkan, Indonesia akan perlu melakukan 28 juta tes Covid-19 apabila skenario pertama terjadi. Pada skenario kedua, jumlah tes yang dilakukan menjadi lebih banyak yakni 58 juta.
Dalam kedua skenario pemerintah memperkirakan sebanyak 20 persen dari kasus aktif membutuhkan perawatan di rumah sakit, yang terdiri dari 15 persen pasien bergejala sedang dan 5 persen pasien yang membutuhkan perawatan di ruang intensif (ICU) akibat bergejala berat.
“Kita akan siapkan oxygen generator, konsentrator oksigen, dan akan menambah beberapa ventilator yang akan kita distribusikan ke provinsi-provinsi,” papar Budi.
Sebanyak 80 persen kasus aktif diperkirakan terdiri dari orang-orang yang tidak memiliki gejala atau hanya merasakan gejala ringan.
Budi menuturkan 64 persen di antaranya bisa menjalani isolasi terpusat di fasilitas yang disiapkan pemerintah, sedangkan 16 persen lainnya bisa melakukan isolasi mandiri.
Pemerintah lanjut dia, akan menyiapkan fasilitas isolasi terpusat sesuai kebutuhan berdasarkan perhitungan tersebut. Sedangkan pasien yang isolasi mandiri akan mendapatkan paket obat yang bisa diakses melalui layanan telemedis.
Sementara itu terkait program vaksinasi, Budi menuturkan pemerintah menargetkan untuk mulai memberikan dosis ketiga kepada masyarakat, namun pemerintah hanya akan menanggung biaya untuk masyarakat yang tidak mampu.