Indonesia dan Brazil punya kesamaan dalam pemindahan ibu kota
Saat ibu kota negara Brazil di Rio de Janeiro, kota tersebut menjadi pusat ekonomi Brazil sementara wilayah lainnya yang berada di tengah-tengah Brazil relatif tertinggal secara perekonomian

Jakarta Raya
Iqbal Musyaffa
JAKARTA
Rencana pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke salah satu wilayah di Kalimantan dalam 5 hingga 10 tahun ke depan semakin serius dengan mengambil contoh dan pelajaran dari Brasil yang sudah lebih dulu memindahkan ibu kota negaranya.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan alasan Indonesia belajar dari Brasil karena kedua negara ini memiliki kesamaan, meskipun berada di benua yang berbeda.
“Brasil dan Indonesia sama-sama negara G20 dan juga berpotensi masuk 10 besar ekonomi terbesar dunia dalam beberapa tahun mendatang,” jelas Menteri Bambang dalam diskusi di Jakarta, Rabu.
Menteri Bambang menjelaskan sebelum beribu kota Brasilia pada tahun 1960, Negeri Samba tersebut menjadikan Rio de Janeiro sebagai ibu kota sejak tahun 1763 setelah sebelumnya beribu kota di Salvador selama sekitar 200 tahun.
Dia menilai kesamaan antara Indonesia dan Brazil terlihat pada saat ibu kota negara tersebut berada di Rio, sebuah wilayah di pesisir Brazil, kota tersebut menjadi pusat ekonomi Brazil.
Sementara wilayah lainnya yang berada di tengah-tengah Brazil seperti di wilayah Amazon relatif tertinggal secara perekonomian.
“Sama seperti Indonesia dengan denyut ekonomi berada di Jakarta dan pulau Jawa sehingga menjadi sangat padat dan menciptakan ketimpangan dengan wilayah di luar pulau Jawa,” urai Menteri Bambang.
Pulau Jawa juga menjadi rumah bagi 150 juta penduduk Indonesia dengan 58 persen perekonomian negara berpusat di pulau ini.
Dia menambahkan apabila diperinci, kontribusi ekonomi lebih banyak berpusat di Jabodetabek dengan persentase 20 persen.
“Kalau ini dibiarkan tanpa upaya, maka ketimpangan semakin lebar,” tegas Menteri Bambang.
Kemudian dia mengatakan langkah Brazil memindahkan ibu kotanya ke Brasilia juga merupakan upaya untuk memeratakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dari wilayah pesisir ke wilayah tengah, karena Brasilia berada di wilayah dekat Amazon.
Menteri Bambang menjelaskan efek pengganda ekonomi atas pemindahan ibu kota Brazil, utamanya output multiplier yang tercatat sebesar 2,93 yang berarti setiap BRL 1 penambahan investasi akan menambah output sebesar BRL 2,93.
Sementara, employment multiplier akibat pemindahan ibu kota ke Brasilia sebesar 1,7 terhadap pekerjaan swasta yang tercipta dari setiap penambahan pekerjaan di sektor publik.
“Ini perlu dipahami, pindah ibu kota itu punya banyak alasan termasuk upaya mengatasi ketimpangan pendapatan dan ekonomi, meskipun tidak bisa instan,” tambah Menteri Bambang.
Dia menjelaskan Brasilia kini tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga pusat ekonomi bagi wilayah sekitarnya meskipun wilayah Amazon masih kalah pertumbuhannya dengan wilayah pesisir.
“Tapi setidaknya, ketimpangan bisa dikurangi. Kita juga tidak mungkin bisa mengurangi ketimpangan Jawa dan luar Jawa, tapi minimal bisa dikurangi,” urai Menteri Bambang.
Menteri Bambang menambahkan pemindahan ibu kota bukan satu-satunya upaya pemerintah untuk mengurangi kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa.
Pemerintah sudah memulai upaya membangun hilirisasi industri pertambangan dan perkebunan di luar Jawa.
Selain itu, juga ada upaya mengembangkan kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, dan kawasan strategi pariwisata di luar Jawa.
“Kita juga mengembangkan 6 kawasan metropolitan baru yakni Medan, Palembang, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Denpasar,” imbuh Menteri Bambang.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.