FKM UI: Pandemi Covid-19 mungkin baru terkendali akhir 2021
Pemerintah diminta segera meningkatkan kapasitas tes, pelacakan, dan isolasi kasus

Jakarta Raya
JAKARTA
Pemodelan pandemi Covid-19 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menunjukkan pandemi Covid-19 kemungkinan baru mulai terkendali pada akhir 2021 hingga awal 2022.
Pemodelan tersebut membagi tiga skenario situasi pandemi Covid-19, berdasarkan bentuk intervensi yang dilakukan seperti memperkuat tes, pelacakan kasus, isolasi pasien, hingga penerapan protokol kesehatan.
“Kalau seperti sekarang, kita lihat kurvanya dan kalau lihat skala waktunya, itu artinya sampai 2021 kita masih mesti hidup bersama dengan Covid-19, dia belum terkendali,” kata Epidemiolog FKM UI Iwan Ariawan Iwan dalam webinar bersama Bappenas, Jumat.
Situasi saat ini yang dimaksud Iwan adalah pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sementara kapasitas tes, pelacakan kasus, serta isolasi pasien dalam kategori sedang.
Begitu juga dengan cakupan kepatuhan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak pada level sedang.
Iwan melanjutkan, pemodelan juga menunjukkan bahwa pandemi tetap baru terkendali pada akhir 2021 meskipun tes, pelacakan, dan isolasi kasus meningkat serta protokol kesehatan dipatuhi maksimal.
“Memang tetap terkendali akhir 2021, tetapi puncak kurvanya lebih rendah yang berarti kasus positif lebih sedikit, kasus berat lebih sedikit, kasus kematian lebih sedikit, beban pelayanan kesehatan lebih sedikit,” jelas dia.
Situasi yang lebih buruk bisa terjadi apabila masyarakat mengabaikan protokol kesehatan dan hidup seolah seperti sebelum pandemi Covid-19.
Menurut Iwan, jika hal tersebut terjadi maka kasus akan menjadi jauh lebih tinggi sehingga menyebabkan fasilitas kesehatan kewalahan dan tidak mampu menangani pasien.
Hal ini akan berdampak pada meningkatnya kasus kematian.
Berdasarkan pemodelan tersebut, FKM UI merekomendasikan agar pemerintah segera meningkatkan kapasitas tes, pelacakan, dan isolasi kasus.
Mereka mencatat bahwa Indonesia sejauh ini baru mencapai 70,3 persen target WHO atau 703 tes per 1 juta penduduk.
WHO sendiri menargetkan sebanyak 1 tes per 1.000 penduduk per minggu.
Sedangkan data pelacakan kasus sulit diketahui, WHO merekomendasikan ada pelacakan terhadap 10-30 orang untuk setiap satu kasus positif.
Iwan juga menuturkan jeda waktu pelacakan semestinya tidak lebih dari tiga hari, sedangkan data terkait ini di Indonesia sangat sulit diketahui.
Dari sisi mobilitas masyarakat, FKM UI mengatakan butuh 55 persen masyarakat untuk diam di rumah agar penularan kasus terkendali.
Proporsi ini dapat dilakukan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Kurva epidemi di Jakarta pernah mendatar dan sedikit turun di April-Mei 2020 ketika PSBB, tapi begitu masuk masa transisi dia meningkat lagi,” kata Iwan.
Namun ketika PSBB dilonggarkan dan mobilitas masyarakat meningkat, FKM UI merekomendasikan agar setidaknya 85 persen masyarakat menggunakan masker untuk menurunkan kasus Covid-19.
Cuci tangan menggunakan sabun dapat mengurangi risiko tertular sebesar 35 persen, pakai masker kain dapat menurunkan risiko 45 persen, menggunakan masker bedah menurunkan 70 persen risiko, dan menjaga jarak menurunkan 85 persen risiko.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.