Nasional

Ekspor batu bara Indonesia menyusut akibat Covid-19

Total ekspor batu bara Indonesia hingga akhir Mei hanya sebesar 175,15 juta ton dengan nilai USD7,7 miliar, turun 10 persen secara volume dan 18 persen secara nilai dari tahun lalu

Iqbal Musyaffa  | 30.06.2020 - Update : 01.07.2020
Ekspor batu bara Indonesia menyusut akibat Covid-19 Ilustrasi: Foto udara menujukkan aktivitas di tambang batu bara ( Foto file - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA

Industri batu bara nasional Indonesia tidak luput dari dampak negatif penyebaran pandemi Covid-19 secara global.

Industri batu bara Indonesia terkena imbas karena permintaan batu bara secara global turun drastis selama pandemi saat ini.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Sujatmiko menjelaskan, sepanjang tahun ini ditargetkan produksi batu bara bisa sebesar 550 juta ton.

“Hingga akhir Mei produksi mencapai 228 juta ton, dengan 43,7 juta ton di antaranya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujar Sujtamiko, dalam diskusi virtua, Selasa.

Dia mengatakan total ekspor hingga akhir Mei baru mencapai 175,15 juta ton dengan nilai USD7,7 miliar.

“Volume ekspor ini turun 10 persen dibanding periode yang sama tahun lalu dengan jumlah mencapai 193,82 juta ton,” ungkap dia.

Sujatmiko menambahkan nilai ekspor pada tahun ini juga turun 18 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang berjumlah USD9,46 miliar.

“Penurunan kinerja ekspor disebabkan oleh berkurangnya permintaan batu bara dari negara pengguna, serta melemahnya harga sebagai dampak Covid-19 dan juga rendahnya harga minyak global,” urai Sujatmiko.

Dia mengatakan hingga akhir tahun diharapkan ekspor batu bara bisa mencapai 435 juta ton melalui pembukaan pasar ekspor baru seperti ke Bangladesh, Pakistan, dan Brunei Darussalam.

Sujatmiko menambahkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) hingga Mei baru mencapai Rp14,55 triliun, atau 40,5 persen dari target PNBP Rp36 triliun hingga akhir tahun.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan kondisi harga batu bara saat ini lebih buruk dari kondisi yang terjadi pada 2008 dan 2015 silam.

“Pada 2020, pasokan batu bara masih kuat dari produsen besar Indonesia dan Australia, tetapi permintaannya turun sehingga terjadi over supply di pasar global sehingga membuat tren penurunan harga,” jelas Hendra.

Hendra mengatakan hampir separuh perusahaan tambang dunia, terutama di Indonesia mencatatkan profitabilitas yang negatif karena besarnya penurunan permintaan, terutama dari China dan India yang merupakan dua negara pengimpor batu bara Indonesia yang terbesar.

“Dalam beberapa minggu terakhir ada kabar baik dari China yang ingin meningkatkan demand impor batu bara,” tambah dia.

Namun, kondisi permintaan dari pasar India masih belum jelas karena karantina wilayah atau lockdown diperpanjang, serta keinginan India untuk mengoptimalkan produksi domestiknya.

Sebab itu, dalam waktu dekat APBI akan berkomunikasi dengan KBRI di India untuk membahas prospek ekspor Indonesia ke India yang merupakan salah satu pasar ekspor terbesar Indonesia.

“Penurunan permintaan global pada 2020 akibat Covid-19 terbesar sepanjang sejarah, bisa ada over supply sampai 80 juta ton,” lanjut Hendra.

Hendra menjelaskan bahwa sudah banyak produsen besar batu bara Indonesia mengalami pertumbuhan negatif karena menjual batu bara dengan harga di bawah ongkos produksinya.

Dia mengatakan karena rendahnya permintaan global, saat ini banyak perusahaan berusaha untuk menjual batu bara ke dalam negeri karena harganya lebih baik dari harga ekspor.

Namun pasar domestik saat ini sudah mengecil akibat permintaan yang juga turun akibat dari pembatasan sosial berskala besar yang membuat permintaan listrik juga turun.

“Pemenuhan pasar domestik diperkirakan akan terkoreksi dari sebelumnya ditargetkan sebanyak 155 juta ton, kemungkinan hanya tercapai 115-120 juta ton saja,” lanjut Hendra.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.