Nasional

Burung Pelanduk Kalimantan kembali terlihat pertama kalinya setelah 172 tahun

Para ahli mengenal burung Pelanduk Kalimantan sebagai “teka-teki terbesar dalam ilmu ornitologi Indonesia”

Nicky Aulia Widadio  | 26.02.2021 - Update : 27.02.2021
Burung Pelanduk Kalimantan kembali terlihat pertama kalinya setelah 172 tahun Burung pelanduk kalimantan (Malacocincla perspicillata) kembali terlihat di hutan hujan Kalimantan Selatan untuk pertama kalinya setelah 172 tahun. Dua orang warga menemukan burung yang dikenal sebagai "teka-teki terbesar dalam ilmu ornitologi Indonesia" ini secara tidak sengaja ketika sedang mencari hasil hutan. (M. Suranto - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Burung Pelanduk Kalimantan (Malacocincla perspicillata) ditemukan kembali setelah pertama kali terlihat 172 tahun yang lalu di hutan hujan Kalimantan Selatan.

Para ahli mengenal burung Pelanduk Kalimantan sebagai “teka-teki terbesar dalam ilmu ornitologi Indonesia”.

Dua orang warga Kalimantan Selatan bernama Muhammad Suranto dan Muhammad Rizky Fauzan menemukan burung ini secara tidak sengaja ketika mengumpulkan hasil hutan di area yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Mereka menangkap dan melepaskan burung itu kembali setelah mengambil beberapa foto.

Keduanya kemudian menghubungi kelompok pengamat burung setempat, BW Galeatus and Birdpacker yang menduga bahwa burung itu mungkin saja Pelanduk Kalimantan yang hilang.

Hal itu dikonfirmasi setelah mereka berkonsultasi dengan ahli ornitologi di Indonesia dan negara sekitar.

“Ketika kami menemukan burung ini, kami sama sekali tidak menyangka bahwa akan seistimewa itu. Kami mengira itu hanya burung yang belum pernah kami lihat sebelumnya,” kata Rizky Fauzan, dikutip dari rilis Oriental Bird Club, Jumat.

Burung Pelanduk Kalimantan pertama kali dijelaskan oleh ahli burung asal Perancis, Charles Lucien Bonaparte pada 1850 berdasarkan spesimen yang dikumpulkan oleh ahli geologi dan naturalis Jerman, Carl Schwaner selama ekspedisinya ke Hindia Timur pada 1840.

Pelanduk Kalimantan tidak lagi terlihat sejak saat itu, bahkan informasi mengenai pulau tempat pengambilan spesimennya juga tidak jelas.

Baru pada 1850, ahli burung asal Swiss, Johann Buttikofer menunjukkan bahwa Schwanner berada di Kalimantan saat menemukan burung ini.

Panji Gusti Akbar dari kelompok konservasi burung Indonesia mengatakan kemunculan kembali Pelanduk Kalimantan telah menegaskan bahwa spesies ini memang berasal dari Kalimantan bagian tenggara.

“Ini sekaligus mengakhiri kebingungan selama satu abad lebih tentang asal usulnya,” kata Panji.

“Penemuan ini juga menegaskan bahwa spesies ini tetap ada meski telah terjadi deforestasi besar-besaran dan konversi habitat di bagian Kalimantan yang kurang dikenal ini,” lanjut dia.

Panji mengatakan ada kemungkinan yang sangat besar bahwa burung itu terancam kehilangan habitatnya.

Selain itu, penemuan Pelanduk Kalimantan menunjukkan betapa kurang dikenalnya keanekaragaman burung di Indonesia yang merupakan terbesar di Asia, dengan lebih dari 1.700 spesies.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.