BPS: Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2020 2,97%
Bahkan, bila dibandingkan dengan kuartal keempat 2019, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2020 terkontraksi negatif 2,41 persen

Jakarta Raya
JAKARTA
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini hanya 2,97 persen (year on year).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini jauh lebih rendah dari kuartal pertama 2019 yang sebesar 5,07 persen (year on year).
Bahkan, bila dibandingkan dengan kuartal keempat 2019, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2020 terkontraksi negatif 2,41 persen.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sebagai dampak dari penyebaran virus korona (Covid-19) yang mulai menyebar pertama kali di Wuhan, China pada akhir tahun 2019.
Dia mengatakan data pertumbuhan ekonomi ini sangat jauh di bawah perkiraan pemerintah dan berbagai pihak yang mengatakan pertumbuhan pada kuartal pertama masih bisa di atas 4 persen.
“Harus dipahami bahwa membuat berbagai prediksi tidak mudah karena semua diliputi ketidakpastian karena Covid-19,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa.
Dia mengatakan dalam membuat data pertumbuhan ekonomi ini, BPS juga menggunakan data dari berbagai sumber seperti kementerian dan lembaga serta asosiasi.
Data pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini adalah yang terendah sejak kuartal pertama tahun 2001 silam.
“Tapi ini tidak bisa langsung dibandingkan karena kondisi sekarang diliputi ketidakpastian dan tidak bisa diperkirakan sampai kapan Covid-19 ini akan berlangsung,” kata Suhariyanto.
Dia mengatakan perlambatan ekonomi Indonesia ini juga sejalan dengan kondisi perekonomian beberapa mitra dagang utama yang melambat dan juga terkontraksi karena adanya pembatasan aktivitas dan juga ‘lockdown’ untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama 2020 terkontraksi -6,8 persen, Amerika Serikat hanya tumbuh 0,3 persen, Singapura terkontraksi negatif 2,2 persen, Korea Selatan tumbuh hanya 1,3 persen, Vietnam tumbuh 3,8 persen, Hongkong terkontraksi negatif 8,9 persen, dan Uni Eropa negatif 2,7 persen.
“Penyebaran Covid-19 tidak mengenal negara maju ataupun berkembang. Semua terkena dampaknya,” ujar Suhariyanto.