Blockchain bisa atasi tumpang tindih data di Indonesia

JAKARTA

Indonesia memerlukan pengelolaan data berbasis teknologi blockchain atau rangkai-data untuk menyelesaikan persoalan tumpang tindih data nasional yang selama ini terjadi, ujar politisi dan Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia Budiman Sudjatmiko.

Inovator Indonesia dan Hara, sebuah platform penyedia pertukaran data di bidang pangan dan pertanian bekerja sama membangun Haranova, sebuah gerakan pengelolaan data terdesentralisasi berbasis teknologi blockchain.

“Dengan pengelolaan data yang baik, menyeluruh, dan pada jangka panjang bisa diakses oleh semua orang, kami harapkan terjadi solusi yang bermanfaat bahkan di tingkat petani dan pedagang kecil,” ujar Budiman dalam siaran persnya, Kamis.

Menurut Budiman, masalah pengelolaan data sudah terjadi sejak lama. Keputusan impor produk pangan yang janggal, misalnya, dianggap sebagai hasil dari data yang tidak sinkron dan multi-interpretasi di antara masing-masing instansi.

Idealnya, kata Budiman, pengelolaan data bisa disatukan dalam sebuah musyawarah. Namun sering terbentur penguasaan teknologi dan ego sektoral.

Kini dengan kemajuan teknologi, maka hal tersebut dimungkinkan, ujar Budiman.

Setiap peserta bisa saja memiliki datanya sendiri-sendiri yang kemudian dibaurkan dan saling dimutakhirkan dengan keseluruhan data dari berbagai instansi.

Regi Wahyu, Founder and CEO Hara mengatakan prinsip blockchain cocok dengan budaya Indonesia yang lebih menyukai solusi musyawarah dan mufakat.

“Semakin banyak yang bergabung dalam gerakan ini, maka akan makin melengkapi data yang dikelola, dan makin besar juga manfaatnya untuk kita semua," terang Regi.

Haranova diluncurkan pada Kamis di Trenggalek dalam acara Trenggalek Innovation Festival.