Nasional

Berlomba-lomba dalam kebaikan, geliat lembaga derma Indonesia bantu sesama

Budaya berderma ditambah anjuran agama untuk bersedekah membuah penghimpunan dana sosial tinggi meski di tengah pandemi

Pizaro Gozali Idrus, Muhammad Nazarudin Latief  | 10.07.2020 - Update : 21.07.2020
Berlomba-lomba dalam kebaikan, geliat lembaga derma Indonesia bantu sesama Ilustrasi: Warga yang terdampak virus korona menerima bantuan makanan dari pemerintah setempat di Palembang, Indonesia pada 16 April, 2020. Hingga Kamis pemerintah Indonesia telah melaporkan 5.136 kasus positif Covid-19 dan 469 diantaranya meninggal. ( Muhammad A.F - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA

Institut Fundraising Indonesia (IFI) menggelar Indonesia Fundraising Award 2020 untuk memberikan penghargaan kepada lembaga-lembaga yang berkiprah dalam bidang sosial kemanusiaan.

Direktur IFI Arlina F. Saliman menyatakan ada 17 kategori penghargaan pada sejumlah lembaga seperti Dompet Dhuafa (Fundraising Zakat Terbaik), Aksi Cepat Tanggap (Fundraising Kemanusiaan Terbaik), Sinergi Foundation (Fundraising Wakaf Produktif Terbaik), Badan Amil Zakat Nasional (Fundraising Digital Terbaik), dan Baitul Mal Hidayatullah (Fundraising Infaq Terbaik).

“Lembaga-lembaga ini harus diapresiasi keberadaannya karena telah menggerakkan kepercayaan publik untuk terus berbagi terhadap sesama,” ujar Arlina kepada Anadolu Agency, Jumat.

Arlina mengatakan potensi fundraising Indonesia sangat tinggi, sumber dananya bisa berasal dari zakat, infak, sedekah, wakaf dan sebagainya.

Menurut Arlina, potensi zakat di Indonesia mencapai kurang lebih Rp340 triliun sebagaimana data Baznas.

Indonesia bahkan memuncaki negara yang suka berderma versi Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2018.

Arlina menjelaskan semangat berderma masyarakat Indonesia didasari dua hal. Pertama, faktor agama terkait kewajiban zakat dan anjuran sedekah.

Kedua, faktor budaya di mana orang Indonesia senang gotong royong atau tolong menolong.

“Budaya ini ada sejak zaman dulu dan menjadi keunikan masing-masing daerah,” ucap dia.

Pengumpulan zakat naik

Hal ini sejalan dengan laporan penghimpunan zakat, infak dan sedekah dan dana sosial keagamaan lain yang malah meningkat pada masa pandemi Covid-19 ini.

Menurut Direktur Utama BAZNAS Arifin Purwakananta hingga Mei dana ZIS yang terkumpul lebih dari Rp211 miliar, naik 70 persen dibanding tahun lalu 2019.

Saat Ramadan, realisasi pengumpulan mencapai Rp152 miliar, atau tumbuh 76 persen dibanding tahun lalu.

Padahal target Baznas pada Ramadan hanya Rp102 miliar.

"Selama Januari-Mei setengah waktunya dijalani dengan kondisi yang tidak biasa karena pandemi Covid-19, performa pengumpulan dana zakat dan sedekah sangat baik," ujar Arifin.

Setiap bulan, kata Arifin pertumbuhan dana yang terkumpul mencapai 30 persen dibanding periode sebelumnya.

Begitu juga angka pertumbuhan muzakki atau pemberi zakat yang mencapai 176 persen.

Menurut Arifin, kontribusi terbesar dalam penghimpunan ini adalah dorongan dari kanal digital.

Penghimpunan dana dari saluran ini melejit hingga 284 persen dibanding tahun sebelumnya.

“Kami melakukan berbagai kerja sama dengan perusahaan e-commerce dalam masa pandemi untuk memberikan kemudahan membayar zakat kepada para muzaki,” ucap dia.

Wakaf produktif biayai warga miskin

Sinergi Foundation yang mendapat penghargaan Fundraising Wakaf Terbaik mengatakan sumber dana filantropi yang potensial adalah wakaf yang bisa digunakan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat miskin.

CEO Sinergi Foundation Asep Irawan mengatakan masyarakat masih mengenal wakaf hanya untuk kegiatan sosial keagamaan, seperti tanah untuk masjid, pemakaman atau pendidikan.

Padahal, kata dia, wakaf bisa dikembangkan di sektor produktif atau usaha agar manfaatnya terus mengalir dan berlipat ganda.

Sinergi Foundation menurut dia mulai merintis bisnis berbasis wakaf di bidang rumah makan, fashion hingga properti.

Keuntungan dari usaha berbasis wakaf ini digunakan untuk menopang program-program sosial seperti Rumah Bersalin Cuma-cuma (RBC) untuk kaum dhuafa.

Rumah sakit ini, kata Asep, telah membantu lebih dari 8.000 persalinan bayi dari kalangan dhuafa.

“Semuanya ditopang dari wakaf produktif,” ucap dia kepada Anadolu Agency.

Selain itu, kata Asep, lembaganya juga memiliki Kuttab Al Fatih atau sekolah dasar gratis untuk semua kalangan.

Namun, kata Asep, kesadaran manfaat wakaf masih minim di kalangan masyarakat.

“Kebanyakan masih sedikit kesadaran umat tentang manfaat wakaf dan terlalu cinta dunia,” ucap dia.

Untuk itu, kata Asep, lembaganya kini fokus melakukan edukasi dan sosialisasi secara berkelanjutan tentang pentingnya wakaf.

Badan Wakaf Indonesia (BWI) juga menyatakan soal literasi wakaf masih menjadi masalah di Indonesia.

BWI mencatat potensi aset wakaf per tahun mencapai Rp2.000 triliun dengan luas tanah wakaf mencapai 420.000 hektare.

Sementara potensi wakaf uang bisa menembus kisaran Rp188 triliun per tahun, namun saat ini potensi wakaf baru terealisasi Rp400 miliar.

Data Kementerian Agama menyebutkan, jumlah tanah wakaf mencapai 161.579 hektare dengan luas aset wakaf yang tersebar di 366.595 lokasi.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.