Dunia

Israel kerahkan tentara kurang terlatih ke Gaza di tengah kekurangan pasukan

Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir telah memberi tahu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Kabinetnya bahwa kemampuan tentara untuk mencapai tujuan kepemimpinan politik di Gaza dapat terhalang oleh berkurangnya jumlah tentara.

Mohammad Sıo  | 21.04.2025 - Update : 22.04.2025
Israel kerahkan tentara kurang terlatih ke Gaza di tengah kekurangan pasukan Pasukan Israel. ( Foto file - Anadolu Agency )

JERUSALEM/ISTANBUL 

Militer Israel telah mengirim pasukan yang belum cukup terlatih dari brigade elit Golani dan Givati ke Jalur Gaza di tengah kekurangan pasukan, Lembaga penyiaran publik Israel KAN melaporkan pada hari Minggu (20/04).

Pasukan tersebut telah dikirim ke medan tempur sejak akhir Desember, menurut laporan.

Langkah tersebut mencerminkan meningkatknya ketegangan di dalam militer Israel, yang telah mengakui kekurangan personil.

Minggu lalu, harian Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir telah memberi tahu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Kabinetnya bahwa kemampuan tentara untuk mencapai tujuan kepemimpinan politik di Gaza dapat terhalang oleh berkurangnya jumlah tentara.

Tentara telah berjuang dengan kurangnya tentara reguler selama beberapa bulan terakhir, diperburuk oleh pengecualian orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim) dari wajib militer dan tingkat putus sekolah 30% hingga 40% di antara para tentara cadangan, dengan alasan kelelahan akibat perang yang berkepanjangan, menurut laporan media lokal.

Kekurangan tersebut dapat memburuk di tengah semakin banyaknya petisi yang ditandatangani oleh warga Israel, termasuk tentara aktif dan mantan tentara, yang menuntut pembebasan sandera, bahkan jika itu berarti menghentikan perang Gaza.

Lebih dari 140.000 warga Israel telah menandatangani petisi yang menyerukan gencatan senjata sebagai ganti sandera. Di antara mereka, 21 petisi masing-masing telah ditandatangani oleh lebih dari 10.000 tentara cadangan aktif dan mantan tentara cadangan.

Israel memperkirakan bahwa 59 warganya masih ditawan di Gaza, termasuk 24 orang yang diyakini masih hidup, sementara itu Israel menahan lebih dari 9.900 warga Palestina di penjara-penjaranya, di mana laporan penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis telah menyebabkan banyak kematian, menurut kelompok hak asasi manusia Palestina dan Israel.

Netanyahu dan para menterinya telah mengancam akan memecat para penandatangan, dengan menyebut kampanye tersebut sebagai "pemberontakan" dan "pembangkangan" yang "memperkuat musuh selama masa perang." Lebih dari 51.200 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.