Peneliti sebut Indonesia bisa jadi contoh negara lain kelola minoritas
Meski mayoritas, muslim di Indonesia inklusif dan toleran

Jakarta Raya
Hayati Nupus
JAKARTA
Peneliti mengatakan Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara lain di Asia Tenggara dalam mengelola kelompok minoritas.
Di Myanmar, kata peneliti Ahmad Suaedy, etnis minoritas Rohingya tersingkir sehingga harus mencari jalan kehidupan sendiri. Di Malaysia, meski muslim merupakan penduduk mayoritas, namun mereka rentan persekusi jika tak berasal dari etnis melayu.
“Indonesia lebih maju, muslim di sini mayoritas, toleransi tetap terjaga,” ujar dia dalam diskusi “Islam, Minorities and Identity in Southeast Asia” pada Senin di Jakarta.
Salah satu cara negara mengelola konflik minoritas itu, kata Suaedy, tampak pada penyelesaian kasus Aceh dan Papua.
Meski secara etnis mereka minoritas, menurut Suaedy, solusi yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengangkat identitas mereka.
“Ada pengakuan kalau identitas itu memang milik Papua, dan mereka menjadi bagian dari Indonesia,” kata dia.
Pakar sejarah Islam Azyumardi Azra mengatakan Indonesia lebih maju ketimbang negara lain di Asia Tenggara soal bagaimana menyikapi kelompok minoritas. Meski muslim merupakan mayoritas namun mereka inklusif dan toleran.
Kekerasan dan intoleransi yang muncul belakangan ini, ujar Azyumardi, merupakan anasir asing yang berupaya masuk seiring masuknya narasi yang diboyong Daesh dan Alqaeda.
Juga muslim di Indonesia yang masih mengalami “majority with minority complex”, mereka resah dan khawatir pengikutnya akan berkurang meski mayoritas.
Namun ekspansi itu tidak berkembang signifikan, kata Azyumardi. Kultur toleransi di Indonesia tetap terjaga, berkat peran ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia seperti Nadhatul Ulama dan Muhammadiyah.
“Ormas Islam itu yang menjaga, mereka guardian of moderation,” kata Azyumardi.
Selain itu, ujar Azyumardi, Indonesia memiliki dasar negara, yaitu Pancasila, yang bisa mengakomodir berbagai kelompok sosial, etnis dan agama.
Pancasila, menurut Azyumardi, bisa mengakomodir perbedaan agama dan pada saat yang sama bersahabat dengan agama, lewat sila pertama yaitu ketuhanan yang maha esa.
Azyumardi juga mengatakan Indonesia merupakan contoh unik negara toleran dengan adanya dialog antaragama.
Amerika Latin dan Eropa yang memiliki konflik antaragama saja tidak memiliki tradisi semacam itu.
“Dialog itu menimbulkan persahabatan, bagaimana memperbaiki kehidupan sosial,” ujar dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.