Mahasiswa Pattani minta Thailand stop diskriminasi pendidikan
Banyak mahasiswa Pattani hanya melanjutkan pekerjaan orangtuanya sebagai petani dan nelayan.

Jakarta
Pizaro Gozali
JAKARTA
Gerakan mahasiswa Pattani di Indonesia meminta pemerintah Thailand menghentikan diskriminasi pendidikan di wilayah Thailand Selatan. Mereka berharap saat kembali ke Pattani dapat menjalankan aktivitas pendidikan dengan bebas.
Hal itu menjadi aspirasi konferensi Majelis Kerja sama Pelajar Patani di Indonesia (MKPPI) di Bandung yang diikuti 525 peserta.
Di Thailand sendiri kurikulum pendidikan agama hanya bisa dikeluarkan Kementerian Agama. Problemnya, kurikulum yang ada sejak dahulu hanya berisi materi umum seperti fiqh dan hadis. Sedangkan selama belajar di Indonesia, mahasiswa mendapatkan banyak ilmu seperti filsafat ilmu, kepemimpinan, organisasi, dan manajemen.
“Tapi ilmu-ilmu baru itu tidak bisa kita terapkan di sana,” jelas Ketua MKPPI, Anshari Salaeman kepada Anadolu Agency, Jumat.
Menurut Ansori, sumber daya manusia yang ada di Pattani jauh tertinggal dari daerah lainnya. Mayoritas pekerja di Pattani adalah petani dan nelayan. Pendidikan adalah kunci membangun generasi lebih baik.
“Pemerintah Indonesia diharapkan bisa peduli terhadap kondisi pendidikan di Pattani,” jelasnya.
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini berharap, rekan-rekannya dapat mengisi pos Kementerian Agama yang memiliki otoritas mengeluarkan kurikulum.
“Cuma kebanyakan pekerja di sana sudah diatur pemerintah Thailand,” ucap dia.
Akibatnya, banyak mahasiswa Pattani hanya melanjutkan pekerjaan orangtuanya sebagai petani dan nelayan.
“Mereka tidak bisa masuk ke kantor-kantor pemerintah,” jelas dia.
Narkoba mengancam
Hal lain yang menjadi ancaman generasi muda Pattani adalah merebaknya narkoba. “Narkoba merusak akhlak generasi muda Pattani,” ujar ketua Himpunan Pelajar Pattani di Indonesia, Azmi Abdullah kepada Anadolu Agency.
Buah dari maraknya obat terlarang ini menciptakan gelombang kejahatan di daerah mayoritas muslim itu. “Mereka suka mencuri untuk mendapatkan narkoba,” jelas mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Ia kian miris karena peredaran narkoba membuat kehidupan ekonomi pemuda Pattani hancur. “Uang habis panen mereka ludes untuk beli narkoba,” terang mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam ini.