Nasional

Kapolri: Pelaku teror Surabaya punya kemampuan tinggi merakit bom

Para perakit bom tiga gereja dan rusunawa meracik formula bahan kimia dengan daya ledak tinggi

Gandhi Wasono  | 14.05.2018 - Update : 15.05.2018
Kapolri: Pelaku teror Surabaya punya kemampuan tinggi merakit bom Kapolri Jenderal Tito Karnavian. (Shenny Fierdha - Anadolu Agency)

Jawa Timur

Gandhi Wasono

SURABAYA

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jendera Tito Karnavian menyebut kemampuan kelompok teroris yang beraksi di Surabaya memilik kemampuan tinggi dalam merakit bom.

Mereka, kata Tito, dapat meracik formula bahan kimia dengan daya ledak tinggi. Jika bom umumnya harus menggunakan bahan TNT atau C4 dan dibantu detonator sebagai alat pemantik untuk dapat diledakan, maka bom di tiga gereja Surabaya dan Rusunawa Taman Sidoarjo yang menewaskan belasan orang kemarin dirakit dengan cara yang berbeda.

“Bom yang digunakan mereka saat ini tidak perlu detonator lagi, tetapi bisa karena panas atau terkena goncangan maka sudah bisa meledak sendiri. Salah satu contohnya adalah bom di rumah Andi tadi malam, bisa jadi karena terkena panas atau bagaimana hingga akhirnya meledak,” ujar Tito dalam konferensi pers di Mapolda Jawa Timur, Senin.

Tidak hanya merakit tanpa mengandalkan detonator, aksi pengeboman di gereja yang didalangi oleh salah satu pimpinan sel teroris JAD, Dita Apriyanto, juga menggunakan bensin untuk membuat dampak kerusakan yang lebih besar.

“Dia membawa galon yang berisi bensin, sehingga ketika bom meledak sekaligus menimbulkan kobaran api sangat besar di lokasi ledakan dan sekitarnya,” imbuh Tito.

Lebih lanjut, Tito mengungkapkan aksi teror kali ini terbilang sangat eksklusif. Pasalnya, jika biasanya aksi teror dilakukan antar pelaku yang memiliki pemahaman yang sama, maka kali ini teror melibatkan satu induk keluarga.

“Kalau di Irak maupun Suriah aksi teror ang melibatkan satu keluaraga sudah sering terjadi. Tapi kalau di Indonesia baru terjadi di Surabaya dan Sidoarjo ini,” kata Kapolri.

Tito menguraikan, bom pada Minggu pagi dilakukan oleh Dita Apriyanto dengan meledakkan bom mobil di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.

Sedangkan istrinya, Puji Kuswanti, mengajak kedua anak perempuannya untuk beraksi di Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro.

Di tempat terpisah, kedua anak laki-laki Dita yang masih remaja yakni Yusf Fadhil dan Firman Halim mendapat tugas untuk meledakkan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel.

Sedangkan untuk pelaku di Rusunawa Taman Sidoarjo yang terjadi pada Minggu malam, Kapolri menyebut ledakan di rumah susun tersebut dilakukan oleh seorang pria bernama Anto Apriyanto.

Diduga kuat, ujar Kapolri, Anto telah membuat rencana pengeboman di beberapa tempat.

“Tapi beruntung sebelum sampai melakukan aksi jahatnya Andi mengalami kecelakaan. Mungkin karena kekurangcermatan ketika melakukan perakitan bom jenis pipa, maka bom itu meledak terlebih dulu. Andi bersama istri dan seorang anaknya tewas, sedang dua anaknya yang lain selamat namun terluka. Saat ini kedua anak tersebut lagi dirawat di RS Bhayangkara Surabaya,” kata Kapolri.

Dari hasil pemeriksaan awal, Polisi menemukan bahwa ada hubungan personal yang sangat deka tantara Dita maupun Andi. Bahkan pada tahun 2016 keduannya bersama-sama mengunjungi salah seorang terpidana teroris di Lapas Tulungagung.

Fakta lain yang menunjukkan kedekatan antara Dita dengan Andi adalah dengan temuan beberapa bom pipa yang belum sempat meledak di lokasi tempat tinggalnya di Rusunuwa sama persis dengan yang dimiliki Dita ketika beraksi di Gereja Pantekosta.

“Kita tahu karena beberapa bom pipa yang dibawa oleh Dita ada beberapa yang belum sempat meledak,” kata Kapolri sambil menjelaskan bahwa bom pipa sama seperti yang digunakan oleh Dita maupun Andi.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın