Indonesia diminta adopsi politik bebas aktif dan kreatif
Namun jika Indonesia ingin melakukan kerjasama strategis antar negara, maka hal itu bisa saja dilaksanakan.

Jakarta
Pizaro Gozali
JAKARTA
Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengatakan politik luar negeri bebas aktif masih akan relevan pasca perang dingin. Indonesia diminta tetap mempertahankan politik bebas aktif agar bisa bermanuver merespon tantangan global.
“Sebagai negara middle power, Indonesia bisa gesit berdiplomasi dengan negara besar dan kecil, ” ujar Dino di Jakarta, Rabu.
Namun Dino mengatakan politik bebas aktif saja tidak cukup. Setidaknya Indonesia juga harus kreatif dalam berdiplomasi.
“Kalau bebas aktif saja itu mudah seperti kita datang ke pertemuan-pertemuan PBB dan ASEAN. Tapi kalau kreatif lebih kepada konten dan leadershipnya,” kata mantan Wakil Menteri Luar Negeri ini.
Dino menjelaskan Indonesia bisa berperan besar mengakhiri konflik global saat menerapkan politik bebas aktif dan kreatif. Indonesia akan memiliki nilai tambah sebagai pemain untuk menciptakan perdamaian dunia.
Soal dorongan agar Indonesia masuk ke salah satu blok, Dino mengatakan hal itu bergantung dalam konteks kerjasama apa yang ingin dilakukan. Kalau masuk ke kubu militer memang tidak bisa. Tidak mungkin jika Indonesia bersekutu secara militer dengan Amerika atau bekerja sama militer dengan Tiongkok.
Namun jika Indonesia ingin melakukan kerjasama strategis antar negara, maka hal itu bisa saja dilaksanakan.
“Kerjasama itu bisa di bidang pertahanan, intelijen, dialog antar pejabat tinggi. Intinya Indonesia tidak bisa mendekat ke salah satu kubu,” tukas dia.