Regional

Halimah Yacob, buka jalan kesetaraan di ranah politik Singapura

Sosoknya telah dikenal sebagai wanita Melayu pertama yang terjun di dunia politik ketika memimpin parlemen Singapura pada 2013 lalu.

Iqbal Musyaffa  | 14.09.2017 - Update : 15.09.2017
Halimah Yacob, buka jalan kesetaraan di ranah politik Singapura Halimah Yacob (Facebook courtessy)

Jakarta

Iqbal Musyaffa

JAKARTA

Singapura mencatat sejarah baru. Untuk pertama kalinya Negeri Merlion memiliki presiden wanita. Halimah Yacob, politisi wanita yang baru saja duduk di kursi Singapura-1 itu disebut  sebagai sosok yang membuka ruang bagi kesetaraan etnis dan agama.

Terpilihnya wanita yang berasal dari etnis Melayu dan beragama Islam ini memang menuai kontroversi. Halimah menjadi satu-satunya kandidat yang dianggap komisi pemilihan umum setempat lolos persyaratan mengikuti pemilihan presiden. Sedangkan dua kandidat lain yang gagal adalah Farid Khan dan Salleh Marican.

Walau dianggap mengagumkan, namun berhasil menduduki Istana Kepresidenan Singapura tanpa melalui pemilihan ini dinilai rentan menjadi batu sandungan untuk Halimah. Hal itu dikarenakan pemilihan aklamasi kerap dianggap tidak mencerminkan demokrasi dan minim legitimasi dari warga negara.

“Mungkin bisa menjadi ganjalan bagi legitimasi Halimah Yacob,” ujar pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada, Muhadi Sugiono, kepada Anadolu Agency.

Salah satu sandungan pertama yang harus dihadapi Halimah adalah saat jagat maya Singapura ramai dengan tagar #NotMyPresident sejak kemarin.

Meski begitu, terpilihnya Halimah dalam jangka panjang mendapat prediksi banyak pengamat sebagai pembuka jalan bagi etnis lain di luar Tionghoa, yang ingin menjadi orang nomor satu di negeri tersebut.

Kontestasi politik di Singapura, menurut Muhadi, akan lebih sehat di masa mendatang. “Saya kira bukan hal yang tidak mungkin karena Singapura pada dasarnya adalah negara demokratis, sekalipun dengan berbagai keterbatasannya,” sebut Muhadi.

Sejak disebut sebagai satu-satunya kandidat yang menguasai pemilihan presiden Singapura, media massa setempat banyak mengungkap latar belakang Halimah. Dia diketahui sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, kelahiran 23 Agustus 1954.

Menjadi yatim sejak usia delapan tahun, Halimah tinggal di tempat yang sangat sederhana. Di sebuah rumah susun dengan satu kamar, dia hidup bersama keempat saudaranya. Ibunya menjual nasi padang untuk menghidupi Halimah dan kakak-kakaknya.

Hingga kini, Halimah tetap tinggal di rumah susun di utara Singapura bersama suaminya, Mohamed Abdullah Alhabshee. Halimah berkenalan dengan Mohamed saat duduk di bangku kuliah. Kini, mereka memiliki lima orang anak.

Masa sekolah Halimah di Singapura terbilang unik. Dia sudah merasakan posisi sebagai minoritas ketika bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Chineese Girls School, yang didominasi oleh etnis Tionghoa.

Lepas dari SMP, Halimah melanjutkan ke sekolah khusu wanita, SMA Tanjong Katong. Di sini dia nyaris dikeluarkan akibat sering tidak masuk karena harus membantu ibunya berdagang. Masa SMP dan SMA Halimah bisa dibilang menjadi masa tersulit secara ekonomi. 

Meski begitu, dia berhasil kuliah di Fakultas Hukum Universitas Singapura dan kemudian mendapatkan beasiswa dari Islamic Religious Council of Singapore.

Sebelum masuk ke ranah politik negara Singapura, Halimah mengawali karirnya di divisi hukum National Trades Union Congress, selepas kuliah, pada tahun 1978. Dia banyak terlibat dalam perjuangan hak-hak kaum buruh. 

Di organisasi itulah kemudian Halimah terpilih menjadi Deputi Sekretaris Jenderal, yang kemudian membuka jalannya untuk terjun sebagai politisi. Dia mengawali karir sebagai politisi pada tahun 2001, sebagai wanita Melayu pertama yang menjadi anggota parlemen.

Pada tahun 2013 Halimah menjadi sosok wanita yang paling dilihat dalam ranah politik Singapura. Alasannya, dia dipercaya sebagai wanita pertama yang menjadi pemimpin parlemen, hingga akhirnya kini duduk sebagai Presiden Singapura.

Sebelum Halimah, etnis Melayu yang pertama kali menjadi Presiden Singapura adalah Yusof Ishak. Dia menjabat pada awal kemerdekaan tanggal 9 Agustus 1965, setelah negeri ini memisahkan diri dari Malaysia.​

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın