Densus kendurkan pengawasan, bomber gereja Surabaya langsung buat bom
Dita sebelumnya diawasi ketat, namun pengawasan diperlonggar setelah melihat Dita sudah bersosialisasi dengan masyarakat sekitar

Jakarta Raya
Shenny Fierdha
JAKARTA
Polisi menduga pelaku bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, Dita Oepriarto, merakit bom ketika tim Detasemen Khusus 88 Antiteror sedang mengendurkan pengawasan terhadap Dita sebelum insiden itu terjadi.
"Hasil sementara, yang membuat bom adalah yang bersangkutan sendiri yaitu Dita. Sekitar tiga bulan terakhir sebelum kejadian, Densus [Detasemen Khusus 88 Antiteror] agak mengendurkan pengawasannya karena melihat yang bersangkutan sudah bersosialisasi ke masyarakat dengan baik," ungkap Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia Inspektur Jenderal Setyo Wasisto di Jakarta, Kamis.
Dia menduga kesempatan itu dimanfaatkan oleh Dita untuk merakit bom.
"Iya, saat Densus mengendurkan pengawasannya, dimanfaatkan untuk membuat bom. Karena dia [Dita] sendiri membuat obat herbal sehingga orang tidak menaruh curiga," jelas Setyo.
Selain itu, dia mengatakan bahwa berdasarkan penuturan anak terduga teroris Anton Febrianto, Dita dan Anton menggelar pengajian setiap pekan dan dalam pengajian itu pula diputar film-film bernuansa kekerasan dan video tentang manual pembuatan bom.
"Manualnya dipelajari saat sama-sama menghadiri pengajian," tukas Setyo pendek tanpa menjelaskan di mana lokasi tepatnya pengajian itu diadakan.
Pada 13 Mei malam, bom meledak di kediaman Anton di Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur, dan menewaskan istri Anton dan anak perempuan mereka.
Anton sendiri tewas ditembak polisi yang datang ke lokasi menyusul ledakan tersebut.
Namun, tiga anak Anton lainnya dan para penghuni rusunawa selamat.
Paginya, di hari yang sama, bom bunuh diri meledak di tiga gereja Surabaya, Jawa Timur, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Pantekosta Arjuno, dan Gereja Diponegoro.
Pelaku bom bunuh diri adalah keluarga Dita bersama istri dan empat orang anaknya.
Bom di tiga gereja itu menewaskan setidaknya 18 orang termasuk enam orang pelaku.