
Jakarta Raya
Pizaro Gozali İdrus
BEKASI
Dari sudut Desa Babelan, Bekasi, Jawa Barat, seorang ayah menginginkan putrinya kembali. Keinginan ini agaknya susah dipenuhi, karena anak perempuannya itu kini sedang berada di bawah penyelidikan intensif kepolisian Filipina terkait kasus terorisme.
Dialah KH Madrais Hajar, ayah dari Minhati Madrais yang merupakan istri Omar Khayam alias Omar Maute, salah satu pemimpin kelompok teroris Maute yang bermarkas di Filipina Selatan. Oktober lalu, Omar dilaporkan tewas setelah bertempur dengan militer Filipina.
“Saya yakin anak saya tak terkait jaringan Kelompok Maute,” ujar dia saat dihubungi Anadolu Agency, Selasa.
Mimin, sapaan akrab Minhati, merupakan WNI asal Desa Buni Bakti, Bekasi. Namanya jadi tajuk berita di Filipina dan Indonesia setelah dia ditangkap oleh polisi Filipina pada Minggu, 5 November, di Mindanao.
Sepengetahuan Madrais, putri kesayangannya tidak berpikiran radikal. Bahkan olehnya, Minhati dididik dengan pemahaman agama sampai disekolahkan ke Universitas Al Azhar, Kairo, supaya setelah pulang dari Mesir Mimin bisa menggantikannya mengurus Ponpes Darul Amal yang didirikannya.
“Mimin tidak berpemikiran ekstrem, dia mencintai anak-anak,” ujar dia.
Selama proses penyidikan, Mimin dan keenam anaknya berada di bawah pengawasan pihak berwajib di Iligan City, Filipina. Nasib mereka pun belum jelas, hanya yang pasti dirinya kini terancam hukuman Filipina.
Inilah yang membuat Madrais khawatir. Dia takut, kondisi tersebut memengaruhi kondisi psikologis cucunya.
“Biar saya urus cucu-cucu saya. Di rumah saya mengurusi anak yatim supaya berkah, apalagi ini, cucu saya sendiri,” ujar Madrais.
Pamit ke Filipina
Tahun 2011, kata Madrais, Omar Khayam dan Minhati beserta anak mereka pamit pergi ke Filipina untuk pernikahan kerabat.
Pihak keluarga tak curiga bahwa anak, cucu, dan menantunya akan tinggal lama di sana. Pasalnya sebelum berangkat, pasangan yang menikah di Kairo itu berjanji akan kembali.
“Kalau tahu terus-terusan [di Filipina], gak akan saya kasih [izin],” ujar Madrais.
Dia mulai curiga karena sejak berangkat ke Filipina, tak ada kabar sama sekali mengenai keberadaan putri dan cucunya.
“Mimin tak pernah mengontak, mungkin dia malu sudah membohongi saya,” kata Madrais.
Dua tahun paska kepergian Minhati, Madrais menyusul putrinya ke Filipina Selatan untuk mengajaknya pulang.
Namun harapan Madrais pupus, bujuk rayunya tak digubris.
“Ya sudah, kamu urus anak saja di sini,” pesan Madrais kepada Minhati waktu itu.
Omar Maute dulu mengajar di Bekasi
Sebelum akhirnya pindah ke Filipina, Omar Khayam dan Minhati sempat menetap di Indonesia. Pasangan yang bertemu dan menikah di Kairo pada 2008 saat keduanya masih menuntut ilmu ini tinggal di pesantrennya pada 2010-2011.
Di situlah, pria asal Filipina Selatan itu diberikan tugas mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di Ponpes Darul Amal pimpinan Madrais.
“Saat itu masih masa percobaan, jadi saya belum kasih mata pelajaran strategis seperti akidah dan syariah,” ujar Madrais.
Anadolu Agency sempat mendatangi Ponpes Darul Amal untuk menelusuri jejak Minhati dan Omar Khayam lebih jauh. Dari balik pagar yang tertutup, salah satu santriwati menolak memberi akses masuk karena pimpinan pesantren tidak ada di tempat. Di belakangnya, para santriwati berjilbab panjang terlihat berlalu-lalang.
Ponpes Darul Amal sendiri terdaftar di bawah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
Selama tinggal bersama, Madrais tak curiga menantunya bagian dari kelompok ekstrem, apalagi kemudian menjadi salah satu pemimpin kelompok Maute di Filipina Selatan.
“Enggak ada pemikirannya yang keras,” ujar dia. Madrais hanya menyebut, Omar tampak tampak tak terlalu betah tinggal di Indonesia.
Karena itulah, dia meyakini, Omar meluluhkan hati Minhati untuk akhirnya mau menetap di Filipina Selatan. “Perubahannya karena bersama suami,” tukas dia.
Kini Madrais hanya bisa berdoa agar dirinya bisa kembali berkumpul bersama putri dan keenam cucunya.
Dia berharap pemerintah Filipina tidak mempersulit proses penyelidikan dan segera mengembalikan putrinya ke Indonesia.
“Saya ingin Mimin bebas, ia hanya mengurus anak dan tidak mengurusi hal lainnya [yang berbau terorisme],” ujar Madrais.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.