Antonius Tonny Budiono, pejabat teladan yang terjerat OTT KPK
“Kita junjung asas praduga tak bersalah,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi

Jakarta
Shenny Fierdha
JAKARTA
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Antonius Tonny Budiono yang semalam ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam operasi tangkap tangan ternyata memiliki rekam jejak yang mengagumkan sepanjang kariernya di Kementerian Perhubungan.
Pria kelahiran Pekalongan pada 13 Juli 1958 itu telah mengabdikan diri selama 30 tahun lebih di bidang perhubungan. Ia memulai kariernya sebagai Staf Direktorat Navigasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) pada tahun 1986.
Perlahan tapi pasti, kariernya terus meningkat. Dua tahun kemudian, ia diangkat menjadi Kepala Seksi Pengamatan Laut. Masih dalam tahun yang sama, ia menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Bina sarana dan Prasarana.
Kariernya semakin melesat pada 2002 ketika ia ditugaskan menjadi Kepala BTKP. Pada 2007, ia menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Sarana & Prasarana.
Pada 2009 Tonny ditugaskan sebagai Kepala Distrik Navigasi Klas I Surabaya dan pada tahun berikutnya ia ditugaskan sebagai Kepala Distrik Navigasi Klas I Samarinda.
Berturut-turut, Tonny ditunjuk menjadi Direktur Kenavigasian (2012); Direktur Pelabuhan dan Pengerukan (2015); dan Staf Ahli Bidang Logistik, Multimoda dan Keselamatan Perhubungan (2015). Barulah pada tahun 2016 ia diangkat menjadi Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Selain bertugas sebagai Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Tonny juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Dirjen Perkeretaapian.
Tahun lalu, Presiden Joko Widodo menganugerahinya dengan tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya yang hanya diberikan kepada pegawai negeri sipil yang telah mengabdi selama 10-30 tahun dan menunjukkan kecakapan serta kedisiplinan, sehingga menjadi contoh teladan bagi pegawai lainnya.
Rekam jejak kariernya tersebut didukung oleh riwayat pendidikan yang baik pula. Ia pernah bersekolah di Teknik Geodesi Universitas Gajah Mada dan Manajemen Pemasaran di Universitas Pancasila.
Namun kariernya rusak ketika semalam KPK meringkusnya di Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Ia diduga terlibat dalam kasus suap yang diduga berkaitan dengan proyek infrastruktur perhubungan laut. Malam itu juga ia langsung digelandang ke KPK untuk diperiksa lebih lanjut.
Kamis pagi, saat melakukan konferensi media soal kasus yang tengah menjerat anak buahnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta agar semua pihak menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. “Kita hargai proses yang tengah dilakukan KPK, lebih penting lagi kita junjung asas praduga tak bersalah.”
Sampai berita ini diturunkan, pemeriksaan KPK kepada Tonny Budiono masih berlangsung.