Nasional

72% kasus HIV di Indonesia karena aktivitas seks berisiko tinggi

Kebanyakan penderita HIV berasal dari kalangan usia produktif

Shenny Fierdha Chumaira  | 27.11.2017 - Update : 27.11.2017
72% kasus HIV di Indonesia karena aktivitas seks berisiko tinggi Pelajar Indonesia menyalakan lusinan lilin sebagai bentuk solidaritas dalam Hari AIDS Sedunia di Surabaya, Jawa Timur. (Suryanto - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Shenny Fierdha

JAKARTA

Kementerian Kesehatan menemukan bahwa sampai Juni 2017, terdapat 255.527 kasus HIV di Indonesia. Sebanyak 72,4 persen di antaranya disebabkan oleh aktivitas seksual berisiko.

Dari angka tersebut, sampai Juni 2017, provinsi DKI Jakarta menduduki peringkat pertama sebagai provinsi dengan kasus HIV terbanyak, yakni sebanyak 48.502 kasus. Peringkat ini diikuti oleh Jawa Timur yaitu sebanyak 35.168 kasus, dan Papua dengan 27.052 kasus.

"HIV di Indonesia dulu menular lewat konsumsi narkoba dengan menggunakan jarum suntik bergilir. Namun sekarang karena hubungan seks yang tidak aman," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan dr. Wiendra Waworuntu di Jakarta, Senin.

Kebanyakan penderita HIV, lanjut Wiendra, berasal dari kalangan usia produktif yakni 20-30 tahun.

Risiko terjangkit HIV bisa 3-5 kali lebih besar pada orang yang mengidap infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia atau sifilis, sebut Wiendra.

Meski begitu, Kementerian Kesehatan bertekad untuk mewujudkan Indonesia bebas HIV-AIDS pada 2030.

"Tepatnya, mewujudkan tiga zero di Indonesia, yaitu zero kasus baru HIV, zero orang yang meninggal karena HIV-AIDS, dan zero stigma terhadap penderita," kata Wiendra.

Untuk mewujudkannya, Kementerian mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan pada 2016 yang mengimbau ibu hamil untuk melakukan skrining HIV, sifilis, dan hepatitis.

Selain itu, pada 2018 nanti, Kementerian Kesehatan juga akan melakukan strategi STOP yakni Suluh atau penyuluhan, Tes HIV, Obati para orang dengan HIV-AIDS (ODHA), dan Pertahankan agar angka kasus tidak meningkat dengan cara menhimbau ODHA untuk meminum obatnya secara teratur.

"Juga terapkan TTM, yakni Tahan diri untuk tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, Tetap setia pada pasangan, dan Main aman yaitu kenakan kondom," kata Wiendra.

Bagi ODHA, penggunaan antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mengendalikan virus HIV membuat mereka bisa terus produktif dan berkarya sepanjang hidupnya.

Pendiri lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap HIV Kuldesak, Hages Budiman, menekankan pentingnya meminum obat ARV secara teratur.

"Obat ARV harus diminum teratur di jam yang sama setiap hari, dengan interval waktu 12 atau 24 jam," kata Hages.

Tak hanya obat, dukungan dari keluarga dan sahabat terdekat pun tak kalah penting bagi ODHA untuk menjalani hidup sehari-hari.

"Jangan menghukum ODHA. Dukung mereka, karena mereka menerima diri sendiri saja sudah sulit," kata Hages.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.