Ekonomi, Nasional

Uang muka 0% untuk mobil dan rumah diragukan dampaknya bagi ekonomi

Masyarakat masih menahan konsumsi dan industri perbankan masih menghindari risiko kredit macet

Umar Idris  | 23.02.2021 - Update : 24.02.2021
Uang muka 0% untuk mobil dan rumah diragukan dampaknya bagi ekonomi Ilustrasi. Kendaraan pribadi di Indonesia (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA, Indonesia 

Ekonom lembaga penelitian Indef pada Selasa menilai kebijakan Bank Indonesia (BI) tentang uang muka (DP) 0 persen bagi pembelian mobil dan rumah subsidi yang akan berjalan mulai 1 Maret kurang efektif bagi ekonomi Indonesia.

Pasalnya, masyarakat secara masih menahan konsumsi untuk berjaga-jaga, selain itu bank tetap menghindari risiko kredit macet.

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pemerintah insentif pada awal Maret ini dilatari dari keinginan presiden agar kuartal I tahun ini pertumbuhan ekonomi positif, sehingga kementerian, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keaungan diminta mencari cara.

"Menurut saya di saat seperti sekarang bukan sektor swasta yang diharapkan, tetapi belanja pemerintah jadi perhatian utama saat kondisi tidak pasti,kata Aviliani.

Pada triwulan II dan III belanja negara tinggi. Pada kuartal I, kalau mau positif, perlu di dorong dari projek-projek pemerintah di bidang infrastruktur, dana desa untuk padat karya, dan pencairan dana BLT dengan cepat sesuai waktunya.

Sekarang persepsi masyarakat pandemi belum berakhir walau sudah ada vaksin. "Pengaruh kebijakan uang muka 0 persen ini relatif kecil," kata dia.

Bagi bank, berat untuk melaksanakan uang muka 0 persen untuk mobil dan kredit perumahan itu kepada nasabah secara langsung. Apalagi harga mobil cepat turun.

"Jadi kalau mau DP 0 persen, perlu dipanggil pengusaha agar jadi penjamin kredit buat karyawannya," kata Aviliani.

Begitu pula uang muka 0 persen bagi perumahan yang dalam hal ini bagi rumah pertama. "Kalau lewat bank, hanya bisa dengan perusahaan sektor formal, jadi butuh jaminan perusahaan lagi," kata Aviliani.

Sedangkan karyawan di sektor informal sulit mendapatkan kredit karena dinilai pekerjaan tidak tetap. "Sementara banyak yang memiliki rumah ada di sektor informal ini, sehingga masih perlu penjaminan khusus bagi sektor informal," tambah Aviliani.

Kehilangan Rp2,28 triliun

Direktur program Indef Esther Sri Astuti mengatakan penjualan dan produksi bermotor di Indonesia pada Mei anjlok, namun secara keseluruhan penjualan kendaraan bermotor seluruh tipe naik 5,36 persen pada Maret-Desember 2020.

"Tanpa insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan uang muka 0 persen, sektor otomotif sebenarnya sudah naik dan trennya meningkat," kata Esther, dalam diskusi virtual.

Esther mengatakan kebijakan pembebasan PPnBM mulai Maret sebesar 0 persen secara bertahap diperkirakan akan mengurangi pemasukan pemerintah sebesar Rp2,28 triliun.

Selain itu, dampak pembebasan PPnBM dan DP 0 persen di sektor otomotif tidak memiliki dampak pada ekonomi

"Dampak ke GDP real tidak ada, atau dampaknya 0 persen, konsumsi rumah tangga 0,10 persen, indeks volume ekspor 0,19 persen, dan indeks volume impor 0,46 persen," kata Esther.

Sebaiknya pemerintah menabur insentif pajak hanya kepada mobil berbahan bakar energi terbarukan dan ramah lingkungan, seperti mobil listrik, kata Esther.

Seperti diketahui pemerintah memberikan insentif PPnBM 0 persen bagi kendaraan bermotor mulai 1 Maret, khususnya bagi kendaraan di bawah 1.500 cc dan kandungan lokal 70 persen.

Pada awal Maret pula, Bank Indonesia membolehkan bank memberlakukan uang muka 0 persen untuk kredit kendaraan bermotor dan kredit perumahan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.