Ekonomi

Skytrain Soetta, simbol perkembangan transportasi Indonesia

Meski telah tertinggal jauh dari tiga negara ASEAN lainnya, Skytrain Bandara Soekarno-Hatta tetap membuat penasaran warga Indonesia dan warga asing

Megiza Asmail  | 02.10.2017 - Update : 02.10.2017
Skytrain Soetta, simbol perkembangan transportasi Indonesia Skytrain di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Jawa Barat, sudah beroperasi mulai tanggal 17 Agustus lalu. (Megiza Asmail - Anadolu Agency)

Jakarta

Megiza Asmail

TANGERANG, Indonesia

Bagi warga Indonesia yang pernah menapakkan kaki di bandara internasional Thailand, Malaysia atau Singapura, Skytrain tentu bukan menjadi barang baru yang membuat penasaran.

Kereta listrik tanpa awak memang telah lama dioperasikan di bandara ketiga negara ASEAN tersebut. Tentu saja Singapura menjadi negara pionir di Asia Tenggara dalam penggunaan moda transportasi Skytrain.

Skytrain pertama kali beraksi di Changi Airport pada 1990 dan dibangun kembali pada 2006. Di belakang Singapura ada Bangkok yang sudah mengoperasikan Skytrain sejak 18 tahun lalu, kemudian Kuala Lumpur yang meresmikannya pada 2002.

Setelah belasan tahun tertinggal dari Negeri Gajah dan Negeri Jiran, sekarang kereta yang menggunakan sistem automated guideway transit itu sudah dapat dirasakan oleh warga Indonesia.

Tepatnya sejak 17 September lalu, Skytrain dengan dua gerbong sudah mulai bolak-balik mengantar penumpang dari Terminal 2 ke Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jawa Barat.

Memasuki dua pekan sejak diresmikan oleh dua menteri terkait yakni Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri BUMN Rini Soemarno, keberadaan Skytrain ternyata tak hanya menarik perhatian para calon penumpang pesawat di kedua terminal.

Ada juga warga yang datang ke Bandara Soetta untuk naik Skytrain, meski tak punya jadwal penerbangan. Seperti yang dilakukan Akbariansyah, 49, warga Depok. Dia mengaku penasaran dengan kereta cepat dari Korea ini.

“Saya sih enggak mau berangkat ke mana-mana. Kebetulan sedang ketemu klien di sekitar bandara. Selesai meeting, saya kepengin nyobain Skytrain,” ujarnya usai naik Skytrain dari Terminal 3 Ultimate.

Kereta dengan interior dalam berwarna putih ini terasa nyaman meski hanya menyediakan sedikit kursi. Tiap gerbongnya, Skytrain cuma memberikan tiga kursi. Dua kursi untuk penumpang prioritas seperti lansia atau ibu hamil, sedang satu lagi untuk umum.

Sisanya, penumpang hanya diberikan straps atau pegangan tangan untuk menahan tubuh dari guncangan kereta. Meski sebenarnya, perjalanan dengan jarak tempuh yang kurang dari lima menit dari Terminal 2 ke Terminal 3 ultimate, atau sebaliknya, itu sangat minim dari guncangan.

Meski terbilang tertinggal, kemunculan Skytrain di Bandara Soetta ternyata tak hanya membuat penasaran warga Jakarta dan sekitarnya. Tapi beberapa backpacker luar negeri juga mengaku ingin tahu rasa Skytrain di Indonesia.

“Petugas di depan bilang kami bisa naik Skytrain untuk ke Terminal 2. Tentu saja kami senang dan ingin tahu. Karena beberapa kali kami ke Indonesia, kami harus lama menunggu bus untuk sekadar pindah terminal,” kata Felix, warga Jerman.

Pengelola Bandara Soekarno-Hatta, Angkasa Pura II, menjadwalkan pelayanan perpindahan penumpang pesawat atau pengunjung bandara dari kedua terminal dibagi menjadi tiga per harinya.

Skytrain mulai bekerja pada pukul 07.00 hingga 09.00 WIB. Kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 12.00-14.00 WIB, dan yang terakhir pada pukul 17.00 sampai 19.00 WIB. Rencananya, Skytrain akan beroperasi 24 jam dalam sehari.

Meski ditakdirkan sebagai kereta nirawak, saat ini petugas masinis masih terlihat bertugas di tiap ujung gerbong untuk memantau perjalanan. Mereka dijadwalkan bekerja hingga enam bulan ke depan. Setelahnya, Skytrain akan beroperasi tanpa awak.

Tak hanya menghubungkan Terminal 3, Terminal 2, Skytrain juga bakal terkoneksi dengan stasiun kereta bandara dan Terminal 1 dengan total lintasan dual track yang mencapai 3.050 meter atau sekitar 3 km.

Proyek Skytrain ini diketahui membutuhkan biaya nyaris Rp 1 triliun. Angkasa Pura II membeberkan, total nilai investasi proyek Skytrain terbagi menjadi Rp530 miliar untuk pengadaan trainset, dan Rp420 miliar untuk pembangunan lintasan.

Selain dibangun untuk memudahkan transfer penumpang dari terminal satu ke yang lainnya, ternyata ada juga misi besar yang ingin ditunjukkan Indonesia dalam pembangunan Skytrain.

“Kami berharap keberadaan Skytrain dapat menjadi semacam inisiator perkembangan moda transpotasi di Indonesia demi kemudahan perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya. Pengoperasian Skytrain ini juga merupakan salah satu persiapan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dalam menyambut pelaksanaan Asian Games 2018,” ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin dalam pernyataan resminya.

 

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın