Siklus ekonomi Indonesia membaik meski belum sampai puncaknya
Bank Indonesia mencermati siklus ekonomi dan keuangan dalam melihat prospek ekonomi dan perumusan kebijakan

Jakarta Raya
JAKARTA
Bank Indonesia mengatakan siklus ekonomi Indonesia saat ini mulai membaik walaupun belum sampai puncak pertumbuhan terbaik.
Gubernur Bank Indonesia mengatakan masih mencermati naik turunnya siklus ekonomi dan keuangan untuk melihat prospek ekonomi dan perumusan kebijakan.
“Di Indonesia saat ini siklus ekonominya telah melewati titik terendah dan terus meningkat,” ujar Perry di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, siklus ekonomi ini mencerminkan dinamika ekonomi Indonesia yang sejalan dengan berbagai perkembangan baik dari faktor luar negeri dan dalam negeri.
Terkait faktor luar negeri, siklus ekonomi Indonesia banyak dipengaruhi harga komoditas global dan juga pola pertumbuhan ekonomi dunia dari sisi permintaan.
“Kita cermati perkembangan pada Oktober, November, Desember ada kenaikan dan perkiraan sementara kami pertumbuhan 2019 sedikit di bawah 5,1 persen namun tetap di atas 5 persen,” jelas Perry.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan pada 2020 perlahan membaik dengan perkiraan 5,1-5,5 persen dan akan berada di titik tengah 5,3 persen.
Menurut Perry, optimisme tersebut sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi global pada 2020 dari perkiraan awal Bank Indonesia sebesar 3,1 persen menjadi 3,2 persen.
Perry mengatakan faktor luar negeri jadi faktor positif bagi siklus ekonomi kita yang naik dengan harga komoditas di 2020 juga akan lebih baik dibandingkan 2019, demikian juga aliran modal asing ke Indonesia di 2019 cukup besar dan masih akan terus masuk.
“Semua faktor positif global dorong siklus ekonomi kita naik,” kata Perry.
Sementara itu, faktor dalam negeri yang mendorong pertumbuhan adalah konsumsi yang terjaga, investasi infrastruktur terus tumbuh, serta meningkatnya investasi nonbangunan karena kepercayaan dunia usaha dengan langkah-langkah yang sedang dan akan dilakukan pemerintah untuk mendorong investasi.
“Karena terjaganya stabilitas pertumbuhan, sejak 2019 semua kebijakan kita arahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada membaiknya siklus ekonomi,” urai Perry.
Perry mengatakan siklus ekonomi membaik juga karena didorong oleh stimulus fiskal dan kebijakan pemerintah pada sektor riil yang menjadi prioritas seperti manufaktur, pariwisata, hilirisasi, UMKM, dan lainnya serta dengan adanya rencana omnibus law.
Walaupun membaik, namun Perry mengatakan siklus ekonomi belum mencapai puncak karena kalau berdasarkan investasi yang ada saat ini, outlook potensial pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,5-5,6 persen.
“Outlook potensial itu belum mempertimbangkan berbagai kebijakan riil yang ditempuh pemerintah selama ini,” imbuh dia.
Apabila potensi pertumbuhan tersebut terus didorong, Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih tinggi dari 5,5-5,6 persen.
“Outlook kita minimal mengarah ke sana dengan mempertimbangkan akselerasi kebijakan pemerintah,” pungkas Perry.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.