R&I pertahankan rating kredit Indonesia di tengah pandemi Covid-19
Indonesia mendapatkan rating BBB+ karena mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah di tengah pandemi

Jakarta Raya
JAKARTA
Lembaga pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada BBB+ dengan outlook stabil (investment grade).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan penilaian ini menunjukkan keyakinan stakeholder internasional atas terjaganya stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
“BI akan terus mengambil langkah-langkah untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujar dia dalam siaran pers, menanggapi rating tersebut, Kamis.
Menurut R&I keputusan tersebut didorong keyakinan bahwa ekonomi Indonesia yang sempat terkontraksi gara-gara pandemi Covid-19 akan kembali pada pertumbuhan semula dalam dua tahun ke depan.
Selain itu, reformasi struktural pemerintah akan mendorong pertumbuhan ekonomi potensial dalam jangka menengah dan panjang.
R&I juga melihat rasio utang pemerintah tetap rendah di tengah tekanan fiskal yang meningkat, ujar R&I dalam siaran pers, Kamis.
Disiplin kebijakan fiskal yang ditempuh selama ini akan mendorong perbaikan keseimbangan fiskal dalam beberapa tahun ke depan, ujar R&I.
Selain itu ketahanan ekonomi Indonesia terhadap guncangan sektor eksternal tetap terjaga, didukung respons kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia serta cadangan devisa yang memadai.
R&I memperkirakan ekonomi Indonesia akan mampu tumbuh pada kisaran 5 persen dalam jangka menengah.
Keyakinan ini menurut R&I dilandasi berbagai upaya pemerintah untuk melanjutkan reformasi structural seperti pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja, pembentukan sovereign wealth fund dan alokasi anggaran infrastruktur.
Dalam beberapa tahun ke depan, R&I memperkirakan defisit transaksi berjalan berkisar 1-2 persen, seiring perbaikan permintaan domestik yang akan mendorong kenaikan impor.
Pada 2020, defisit transaksi berjalan menyempit menjadi 0,4 persen, karena pelemahan permintaan domestik dan penurunan harga minyak.
Dari sisi cadangan devisa, R&I menilai Indonesia bisa menjamin kecukupan likuiditas valuta asing dengan dana sebesar USD137,1 miliar pada Maret, setara dengan 10 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.
R&I juga melihat rasio utang luar negeri pemerintah sebesar 39,4 persen pada 2020, masih rendah dibandingkan negara lain dengan peringkat yang sama, beban bunga juga masih terjaga.
R&I sebelumnya menaikkan rating Indonesia dari BBB outlook stabil menjadi BBB+/outlook stabil pada Maret 2020.