Ekonomi, Nasional

Rekapitulasi indikator ekonomi Indonesia sepanjang 2019

Indikator-indikator ekonomi yang dihasilkan Indonesia sepanjang 2019 antara lain inflasi, tingkat pengangguran terbuka, tingkat kemiskinan, gini ratio, pertumbuhan ekonomi, kinerja perdagangan, nilai tukar, dan juga cadangan devisa

Iqbal Musyaffa  | 02.01.2020 - Update : 02.01.2020
Rekapitulasi indikator ekonomi Indonesia sepanjang 2019 Ilustrasi: (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Tahun 2019 telah berganti 2020 dengan meninggalkan catatan sejarah dan pencapaian khususnya pada indikator perekonomian Indonesia.

Anadolu Agency merangkum indikator-indikator ekonomi yang dihasilkan Indonesia sepanjang 2019 antara lain inflasi, tingkat pengangguran terbuka, tingkat kemiskinan, gini ratio, pertumbuhan ekonomi, kinerja perdagangan, nilai tukar, dan juga cadangan devisa.

Berikut ini catatan indikator perekonomian Indonesia pada 2019:

Inflasi

Catatan pertama terkait tingkat inflasi Indonesia pada 2019 yang terjaga tetap rendah di bawah 3 persen, bahkan terendah dalam 10 tahun terakhir.

Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2 Januari, Indonesia mencatatkan inflasi sepanjang 2019 sebesar 2,72 persen dengan inflasi bulanan di bulan Desember sebesar 0,34 persen.

Rincian inflasi Indonesia dalam 10 tahun terakhir antara lain

2011: 3,79 persen

2012: 4,3 persen

2013: 8,38 persen

2014: 8,36 persen

2015: 3,35 persen

2016: 3,02 persen

2017: 3,61 persen

2018: 3,13 persen

2019: 2,72 persen

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan rendahnya inflasi pada 2019 karena harga-harga relatif terkendali, khususnya pada komponen harga yang diatur pemerintah.

Pada 2019 inflasi pada harga yang diatur pemerintah sebesar 0,51 persen dengan andil terhadap inflasi hanya 0,1 persen berbeda dengan tahun lalu yang mencatatkan inflasi 3,36 persen dengan andil inflasi 0,66 persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka

Berdasarkan data BPS pada 5 November lalu, tingkat pengangguran terbuka Indonesia untuk Agustus 2019 sebesar 5,28 persen. Angka penangguran ini turun dari Agustus 2018 yang sebesar 5,34 persen.

Struktur ketenagakerjaan Indonesia pada Agustus 2019 menunjukkan jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sebanyak 197,91 juta orang dengan rincian 133,56 juta orang adalah penduduk angkatan kerja dan 64,35 juta orang bukan angkatan kerja.

Dari 133,56 juta orang penduduk angkatan kerja, terdapat 7,05 juta orang yang menganggur sementara 126,51 juta orang bekerja sebagai pekerja penuh waktu sebanyak 89,96 juta orang, pekerja paruh waktu sebanyak 28,41 juta orang, dan pekerja setengah menganggur sebanyak 8,14 juta orang.

Bila dilihat dari profil pendidikan, tingkat pengangguran terbuka terbesar adalah penduduk lulusan SMK sebanyak 10,42 persen dan lulusan SMA sebesar 7,92 persen.

Kemudian penduduk dengan level pendidikan Diploma memiliki tingkat pengangguran 5,99 persen dan penduduk lulusan universitas yang menganggur sebanyak 5,67 persen.

Penduduk dengan tingkat pengangguran terendah adalah yang hanya mengenyam pendidikan hingga SMP sebesar 4,75 persen dan penduduk menganggur dengan pendidikan hanya sampai SD sebanyak 2,41 persen.

Tingkat Kemiskinan

Data BPS pada 15 Juli 2019 menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia untuk Maret 2019 sebesar 9,41 persen atau lebih rendah dari tingkat kemiskinan pada September 2018 yang sebesar 9,66 persen dan juga lebih baik dari Maret 2018 yang sebesar 9,82 persen.

BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar dalam mengukur tingkat kemiskinan yang dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan.

Garis kemiskinan pada Maret 2019 sebesar Rp425.250 per kapita yang meningkat dari September 2018 yang sebesar Rp410.670 per kapita.

Persentase penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 didominasi oleh penduduk pedesaan sebesar 12,85 persen dan penduduk miskin perkotaan sebesar 6,69 persen

Gini Ratio

Gini Ratio adalah tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di Indonesia yang berdasarkan data BPS pada 15 Juli berada di level 0,382 untuk posisi Maret 2019.

Posisi gini ratio tersebut lebih baik dari September 2018 yang sebesar 0,384 dan juga membaik dari posisi Maret 2018 sebesar 0,389.

Bila dirinci berdasarkan kesenjangan pengeluaran penduduk di perkotaan dan pedesaan, kesenjangan di perkotaan pada Maret 2019 lebih tinggi dari gini ratio nasional yakni berada di level 0,392, sementara gini ratio di pedesaan berada di level 0,317 lebih rendah dari level nasional.

Dalam mengukur ketimpangan ataupun kesenjangan pengeluaran penduduk, BPS menggunakan indikator gini ratio dan distribusi pengeluaran menurut World Bank.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 tidak terlalu menggembirakan karena terdampak oleh perlambatan kondisi perekonomian global dan juga melambatnya perekonomian negara mitra dagang utama.

Data pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut BPS baru sampai pada angka pertumbuhan di triwulan III yang sebesar 5,02 persen.

Angka pertumbuhan ini terus melambat dari triwulan I yang sebesar 5,07 persen dan juga triwulan II yang sebesar 5,05 persen.

Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2018 yang sebesar 5,17 persen, angka pertumbuhan pada triwulan III 2019 sangat melambat.

Bahkan pertumbuhan tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 yang sebesar 5,06 persen dan triwulan III 2016 sebesar 5,03 persen.

Sektor industri menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019 berdasarkan lapangan usaha dengan kontribusi 19,62 persen dan disusul pertanian sebesar 13,45 persen kemudian perdagangan 13,02 persen.

Sementara berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III yakni 56,52 persen, investasi 32,32 persen, dan ekspor18,75 persen.

Kinerja Perdagangan

Kinerja perdagangan Indonesia pada 2019 tidak memuaskan karena masih mencatatkan defisit neraca perdagangan yang cukup besar USD3,11 miliar hingga November 2019 berdasarkan data terbaru dari BPS.

Defisit ini berasal dari total ekspor Januari hingga November 2019 sebesar USD153,11 miliar sementara total impor USD156,22 miliar.

Akan tetapi, defisit tersebut sedikit membaik dari total defisit periode Januari-November 2018 yang sebesar USD7,62 miliar yang berasal dari total ekspor USD165,72 miliar dan total impor USD173,34 miliar.

Indonesia mencatatkan surplus perdagangan hingga November 2019 dari Amerika Serikat USD8,55 miliar, India USD6,78 miliar, dan Belanda USD2 miliar.

Sementara itu, Indonesia menderita defisit neraca perdagangan dari China USD16,96 miliar, Thailand USD3,5 miliar, dan Australia USD2,4 miliar.

Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun ini relatif stabil dan menguat dengan berada di level Rp13.878-13.901 per dolar AS.

Stabilitas tersebut antara lain ditunjang oleh terus masuknya aliran modal asing dalam investasi portofolio yang menurut data Bank Indonesia sejak 1 Januari hingga 26 desember 2019 telah masuk sebanyak Rp226 triliun.

Aliran modal asing tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara sebesar Rp171,6 triliun, saham Rp48,9 triliun, obligasi korporasi Rp2,9 triliun, dan Sertifikat Bank Indonesia Rp2,6 triliun.

Cadangan Devisa

Berdasarkan data dari Bank Indonesia hingga akhir November, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar USD126,6 miliar yang setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Data cadangan devisa Indonesia sejak Januari 2019:

  • Januari USD120,1 miliar
  • Februari USD123,3 miliar
  • Maret USD124,5 miliar
  • April USD124,3 miliar
  • Mei USD120,3 miliar
  • Juni USD123,8 miliar
  • Juli USD125,9 miliar
  • Agustus USD126,4 miliar
  • September USD124,3 miliar
  • Oktober USD126,7 miliar
  • November USD126,6 miliar

Sementara data cadangan devisa Indonesia pada 2018 anara lain:

  • Januari: USD131,98 miliar
  • Februari: USD128,06 miliar
  • Maret: USD126 miliar
  • April: USD124,9 miliar
  • Mei: USD122,9 miliar
  • Juni: USD119,8 miliar
  • Juli: USD118,3 miliar
  • Agustus: USD117,9 miliar
  • September: USD114,8 miliar
  • Oktober: USD115,2 miliar
  • November: USD117,2 miliar
  • Desember: USD120,7 miliar

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.