Petani jeruk Tiongkok panen, Indonesia kebanjiran impor
Selain jeruk, bulan Oktober pasar Indonesia mengimpor bawang putih dan mentega dengan nilai tinggi

Jakarta Raya
Muhammad Nazarudin Latief
JAKARTA
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan signifikan nilai impor jeruk mandarin asal Tiongkok, dari USD4 juta pada Oktober tahun lalu menjadi USD9,9 juta tahun ini. Angka ini naik 147,5 persen dari bulan lalu.
Banjirnya jeruk impor ini dipicu naiknya produksi jeruk di negara tersebut karena sedang memasuki masa panen.
“Bisa jadi karena seasonal (musiman). Polanya memang seperti itu,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti, Rabu.
Total dari Januari hingga Oktober, Indonesia mengimpor jeruk senilai USD85,6 juta, atau meningkat 67,19 persen jika dibandingkan impor periode yang sama tahun lalu yang hanya USD51,2 juta.
Komoditas lain yang impornya naik tinggi adalah bawang putih yang nilainya mencapai USD50 juta – naik hingga 36,99 persen dibanding bulan lalu yang hanya USD36,5 juta. Secara tahunan, impor bumbu dapur ini mencapai USD456,6 juta atau naik 28,27 persen yoy.
Nilai impor produk konsumsi lain yang naik signifikan adalah mentega, yaitu menjadi USD17,4 juta yang naik dua kali lipat dari bulan lalu. Impor tahunan barang ini juga naik menjadi USD67,5 juta atau naik 57,71 persen yoy.
Menurut Suhariyanto, total impor barang konsumsi Oktober mencapai USD1,2 miliar, naik 11,68 persen dari bulan lalu dan 13,48 persen yoy.
Kontribusi barang impor terhadap keseluruhan impor nonmigas mencapai 9,03 persen.
Namun kontribusi nilai impor terbesar adalah dari golongan bahan baku dan penolong senilai USD10,7 miliar atau 75,42 persen. Impor ini naik dari 12,13 persen dari bulan lalu dan 16,32 yoy.
Beberapa bahan baku yang diimpor paling banyak antara lain ferro alloy, chromium weight dan carbon, raw sugar, emas, besi dan baja.
Sementara, impor barang modal pada Oktober tumbuh 5,6 persen dari bulan lalu dan 9,54 persen yoy, dengan nilai USD2,16 miliar.
Negara asal barang-barang tersebut menurut Suhariyanto juga tidak banyak berubah. Yaitu Tiongkok dengan nilai USD27,98 miliar (26,12 persen), Jepang sebesar USD12,37 miliar (11,55 persen), dan Thailand sebesar USD7,64 miliar (7,13 persen).
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.