Pemerintah: Kematian ikan massal di Danau Toba tak separah 2016
Kerugian petani ikan di Pangururan, Danau Toba bisa capai Rp4,5-Rp5 miliar, ujar Kementerian Kelautan dan Perikanan

Jakarta Raya
Hayati Nupus
JAKARTA
Pemerintah mengatakan jumlah kematian ikan massal tahun ini tak sebesar pada 2016.
Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja mengatakan tahun ini, kematian ikan massal yang terjadi di Danau Toba, tepatnya di Kecamatan Pangururan, Samosir, Sumatera Utara, sebanyak 180-200 ton.
“Angka itu relatif kecil jika dibandingkan produksi ikan nasional 9 juta per tahun, tidak terlalu berdampak,” ujar Sjarief, Kamis, di Jakarta.
Sjarief mengatakan pada dua tahun lalu kematian massal itu mencapai 1.800 ton, terjadi di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, dengan kerugian hingga Rp5 miliar.
Itu merupakan kematian ikan terbesar pertama di Indonesia, ujar Sjarief. Selepas itu, pemerintah melakukan penelitian secara komprehensif di 40 sungai dan 25 danau.
Kejadian serupa sempat terjadi pada 1996, kata Sjarief, dengan jumlah kematian 1.960 ton.
Tahun ini, menurut Sjarief, kematian ikan di Danau Toba terjadi karena beberapa hal, di antaranya kawasan lokasi budidaya yang dangkal, lokasi tertutup sehingga mempersulit pergantian air secara alami, juga kelebihan kapasitas ikan.
Hasil penelitian KKP pada 2017-2018, danau ini hanya berkapasitas 45.000-65.000 ikan ton per tahun. Namun selama tiga tahun terakhir, petani ikan setempat mengelola hingga 80.000 ton ikan.
Peneliti Utama BRSDM KKP Krismono mengatakan, di Indonesia, terdapat dua danau dan empat waduk yang kelebihan kapasitas.
Selain Danau Toba yang meliputi tujuh kabupaten di Sumatra Utara, kelebihan kapasitas juga terjadi di Danau Maninjau, Sumatera Barat; Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat; Waduk Kedungombo, Jawa Tengah; serta Waduk Saguling, Bandung Barat.
Meski begitu, tutur Kris, kematian ikan massal tak bisa dikesampingkan begitu saja. Apalagi bila melibatkan komunitas petani ikan dan mengganggu perekonomian lokal.
Jika harga ikan saat ini Rp25.000 per kilogram, lanjut Kris, artinya petani ikan di Pangururan rugi Rp4,5-Rp5 miliar.
"Kalau tak segera dikendalikan, investasi di sana bisa mati,” ujar Kris.
Kematian ikan tahun ini tak hanya terjadi di Danau Toba, kata Kris, melainkan juga di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, dengan jumlah tidak signifikan.
Umumnya masyarakat sekitar Jatiluhur, menurut Kris, tak mencatat jumlah kematian dengan angka relatif kecil itu dan menganggapnya biasa.
“Mereka menganggap itu bagian dari risiko usaha,” kata Kris.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.